Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Pusat Warisan Dunia UNESCO resmi memasukkan Kompleks Biara Saint Hilarion Gaza, sebagai situs biara tertua di Timur Tengah yang terancam berbahaya dan punah akibat serangan bom Israel.
Perang di Gaza yang kian memanas, tak hanya memicu kerusakan namun menimbulkan efek signifikan bagi sejumlah warisan budaya yang ada di Gaza. Termasuk Kompleks Biara Saint Hilarion.
Baca juga: Populer Internasional: Ganasnya Rudal Hizbullah - 20.000 Bom AS untuk Israel Dipakai Serang Gaza
Kompleks Biara Saint Hilarion sendiri merupakan warisan budaya yang terletak di desa pesisir Al Nusairat, sekitar 8,5 km di selatan Kota Gaza. Biara ini dibangun pada abad keempat oleh Santo Hilarion, penduduk asli wilayah Gaza sekaligus bapak monastisisme Palestina.
Namun tahun 614 Biara tersebut hancur dan mulai ditinggalkan akibat gempa bumi dahsyat, kemudian reruntuhan biara baru ditemukan oleh arkeolog lokal pada tahun 1999.
Sejak saat itu biara Saint Hilarion Gaza mulai direnovasi dan didanai oleh Aliph, aliansi internasional untuk perlindungan warisan di daerah konflik, dan British Council bertujuan untuk melindungi Saint Hilarion.
Baca juga: Tentara Israel Kembali Kena Jebakan Hamas, Dipancing dan Diledakkan di Bangunan Rafah, 10 IDF Tewas
Akan tetapi perang Israel dan Hamas yang tak kunjung mereda membuat keberadaan situs Saint Hilarion Gaza mulai terancam bahkan sebagian bangunan runtuh akibat terkena bombardir rudal.
Alasan itu yang mendorong UNESCO memutuskan untuk memberikan perlindungan sementara ke Biara Saint Hilarion Gaza sesuai dengan isi perjanjian Konvensi Den Haag tahun 1954.
“Ini satu-satunya jalan untuk melindungi situs tersebut dari kehancuran dalam konteks saat ini,” Lazare Eloundou Assomo, direktur Pusat Warisan Dunia UNESCO,mengutip dari Al-Monitor, Sabtu(29/7/2024).
Bangunan Gaza Jadi Gunungan Reruntuhan
Lebih lanjut, akibat perang sebanyak 360.000 bangunan di Gaza dilaporkan hancur hingga berubah menjadi gunungan reruntuhan, hingga menyebabkan munculnya bencana lingkungan berskala besar.
Menurut laporan Badan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) akibat banyaknya bangunan yang hancur kini reruntuhan bangunan di jalur Gaza telah mencapai 39 juta ton. Bahkan 200 situs bersejarah di Gaza kini berubah menjadi reruntuhan gurun.
Sementara itu Kementerian Pariwisata dan Purbakala Palestina memperkirakan ada 104 masjid telah rusak dan hancur akibat serangan Israel, termasuk Masjid Sayed al-Hashim yang dibangun pada abad ke-12. Masjid batu kapur bersejarah yang menjadi tempat makam kakek buyut Nabi Muhammad SAW, Hashim bin Abd Manaf.
Baca juga: Hamas: Kamala Harris Memulai Kampanye dengan Kebohongan, Buat Sandiwara Tentang Gaza
Adapun reruntuhan itu menggunung akibat pengeboman intensif yang terus menerus dilakukan Israel sejak 7 Oktober tahun lalu. Imbas kerusakan ini Dana Investasi Palestina, Mohammed Mustafa memproyeksikan setidaknya pemerintah pusat perlu menggelontorkan dana sebesar 15 miliar untuk membangun kembali perumahan di Jalur Gaza yang telah hancur di rudal Israel.
Angka tersebut menunjukkan biaya rekonstruksi yang jauh lebih besar dibandingkan anggaran untuk membangun kembali Gaza di tahun 2014 silam, tepatnya pasca perang antara Hamas dan Israel pecah selama tujuh minggu.
Dimana saat itu pemerintah Qatar hanya menghabiskan biaya 1 miliar untuk membangun proyek perumahan dan sejumlah fasilitas pendukung untuk warga Palestina yang tinggal di Gaza.(al-monitor)