TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Purn) Syafruddin Kambo menjalin silaturahmi dengan kelompok pembebasan Palestina, Fatah, yang diwakili oleh Syeikh Thaher.
Perbincangan membahas berbagai macam hal berkaitan dengan isu kemanusiaan di Palestina.
Syafruddin dan Thaher tampak sangat akrab duduk bersebelahan.
"Keprihatinan kita kepada negara Palestina yang diserang, terjadi peperangan, baik di Jalur Gaza maupun sebagian di Tepi Barat," ujar Syafruddin seusai berdiskusi di ruang tamu, Kantor ASFA Foundation, Jalan Jenggala, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (30/7/2024) siang.
Syafruddin mendukung penuh persatuan kelompok di Palestina demi mewujudkan kemerdekaan di negeri para nabi tersebut.
"Palestina bisa menjadi negara yang aman dan Palestina bisa merdeka dan diakui oleh bangsa-bangsa di dunia," ucap Syafruddin.
Ia menjelaskan, salah bentuk nyata dukungan dari ASFA Foundation memberikan bantuan ke para pengungsi di Palestina.
"Kami ASFA foundation sudah punya kerja sama dengan memberikan kontribusi walaupun nilai kecil. Baik itu melalui Jalur Gaza maupun melalui pengungsi Palestina yang berada di jalur Yordania," tuturnya.
Sementara itu, Syeikh Thaher mengucapkan terima kasih atas dukungan dari mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia itu.
"Sahabat kami Syafruddin mengajak rakyat Indonesia, pemerintah Indonesia, pimpinan Indonesia terus mendukung simpati kepada Palestina, dan khususnya yang terakhir adalah perang genosida terhadap saudara-saudari kita di Gaza," ujar Thaher.
Tidak lupa, ia juga menyampaikan terima kasih atas kepedulian masyarakat Indonesia kepada Palestina. Sebagai Perwakilan Fatah, pihaknya berharap hubungan kedua negara itu tetap solid.
"Kami sangat-sangat berterima kasih atas kebaikan rakyat Indonesia atas simpati dan dukungannya untuk Palestina. Semoga Tuhan memberkati solidaritas dan simpati antara Indonesia dan Palestina," tuturnya.
Selain itu, Thaher pun mengecam tindakan genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel kepada rakyat Palestina serta berbuat kejahatan di Masjid Al-Aqsa.
"Orang Israel, mereka tidak membuat perbedaan antara gereja, masjid, sekolah, dan universitas, yang menyebabkan genosida," ungkapnya.