TRIBUNNEWS.COM - Menteri luar negeri Israel mendesak NATO untuk mengeluarkan Turki dari aliansi tersebut, Senin (29/7/2024), Reuters melaporkan.
Permintaan ini dilakukan setelah Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengancam negaranya akan memasuki Israel sebagaimana negaranya memasuki Libya dan Nagorno-Karabakh di masa lalu.
"Mengingat ancaman Presiden Turki Erdogan untuk menyerang Israel dan retorikanya yang berbahaya, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz menginstruksikan para diplomat untuk segera terlibat dengan semua anggota NATO, menyerukan kecaman terhadap Turki dan menuntut pengusirannya dari aliansi regional tersebut," kata kementerian tersebut.
"Erdogan mengikuti jejak Saddam Hussein dan mengancam akan menyerang Israel. Dia harus mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana itu berakhir," kata Katz dalam pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Erdogan, yang kerap melontarkan kritik keras terhadap perang Israel melawan Hamas di Gaza, berpidato di depan partainya pada hari Minggu.
"Kita harus sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol ini terhadap Palestina."
"Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin melakukan hal serupa kepada mereka."
Erdogan tidak menjelaskan jenis intervensi apa yang dia maksud.
Mengutip POLITICO, Turki bergabung dengan NATO pada tahun 1952 dan memiliki angkatan darat terbesar kedua di aliansi tersebut.
NATO tidak memiliki mekanisme khusus untuk menangguhkan atau mengeluarkan anggotanya, meskipun anggota dapat mengundurkan diri secara sukarela.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menepis kemungkinan pembentukan mekanisme semacam itu pada tahun 2021, dengan mengatakan hal itu tidak akan pernah terjadi.
Baca juga: Peringatan Keras, Turki Ancam Serbu Israel demi Bantu Warga Gaza, Erdogan: Kita Harus Kuat
Hubungan Turki dan Israel
Bulan Mei lalu, Turki mengatakan mereka akan menghentikan semua perdagangan bilateral dengan Israel hingga perang berakhir dan bantuan dapat mengalir tanpa hambatan ke Gaza.
Perdagangan antara kedua negara bernilai hampir $7 miliar tahun lalu, lapor BBC.
Menteri Perdagangan Turki Omer Bolat mengkritik sikap tak kenal kompromi Israel terhadap gencatan senjata, serta situasi kemanusiaan di kota Rafah, Gaza selatan.