TRIBUNNEWS.COM - Dewan Keamanan Nasional (NSC) Israel melarang warganya bepergian di tengah memanasnya sumbu konflik Timur Tengah.
Bahkan, NSC telah mengumumkan 40 tempat yang harus dihindari warganya jika ingin melakukan perjalanan keluar negeri.
Hal ini sebagai antisipasi korban warga Israel atas potensi serangan Iran dan Hizbullah yang bisa mengancam sewaktu-waktu.
Mengutip dari laman resmi NSC, komunitas Yahudi dan lembaga-lembaga komunitas Yahudi (sinagog, rumah-rumah Chabad, restoran kosher dan bisnis-bisnis Israel) merupakan target dari kelompok militan pembela Palestina.
Peringatan perjalanan tidak berlaku bagi penumpang yang menginap di negara-negara ini hanya untuk tujuan transit, kecuali transit tersebut berada di negara musuh (Suriah, Lebanon, Irak, Iran, dan Yaman).
Kemudian NSC menyatakan, warga dilarang pergi ke negara-negara yang telah mengeluarkan peringatan perjalanan tingkat ancaman tinggi (Libya, Aljazair, Pakistan, Afghanistan, dan Somalia).
"Saat merencanakan perjalanan ke luar negeri, kami sarankan Anda memilih penerbangan yang rutenya tidak memasuki wilayah udara negara musuh (Lebanon, Iran, Suriah, Yaman, dan Irak)," tulis rilis tersebut.
"Dan negara-negara yang telah mengeluarkan peringatan perjalanan tingkat ancaman tinggi dan yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel (Afghanistan, Libya, Somalia, Pakistan, dan Aljazair)."
Mengutip AllIsrael, NSC Israel pun mendesak warga untuk "mempertimbangkan kembali secara serius" setiap perjalanan ke negara-negara dengan peringatan perjalanan level 3 dan 4.
Selain itu, dewan mengimbau warga Israel untuk berhati-hati di "semua tujuan lainnya."
Sebagian besar negara berisiko tinggi adalah negara-negara yang bermusuhan dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, yakni seperti Iran, Turki, Lebanon, Suriah, Libya, Yaman, dan Irak.
Baca juga: Hamas Kembali Berduka Komandan Brigade Qassam Terbunuh, Mobil Berisi 5 Orang Dimatikan Drone Israel
Namun, ada juga peringatan perjalanan moderat untuk mitra Abraham Accords – Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko – dan negara-negara lain yang memiliki hubungan hangat dengan Israel.
"Menyusul peristiwa terkini, Iran, Hizbullah, dan Hamas (bersama kelompok teroris lain) telah menyatakan niat mereka untuk membalas dendam atas kematian pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan kepala unit strategis Hizbullah, Fuad Shukr," demikian pernyataan NSC dalam peringatan perjalanannya.
Badan keamanan tersebut mendesak warga negara Israel untuk tidak menonjolkan diri dan menghindari menunjukkan identitas Israel atau Yahudi mereka saat bepergian ke luar negeri.