TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Semakin memanasnya situasi di kawasan Timur Tengah seusai tewasnya pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh membuat Iran angkat bicara. Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon di satu sisi dan Israel di sisi lain pasti akan saling berhadapan dalam sebuah agresi militer.
Apalagi komandan senior Hizbullah Fuad Shukr dibunuh oleh Israel pada hari Selasa dan tuduhan oleh kelompok Palestina Hamas dan Iran bahwa Israel membunuh Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran membuat kondisi makin panas.
Kendati demikian Iran sebenarnya tidak ingin meningkatkan ketegangan regional di Timur Tengah, namun mereka merasa perlu untuk menghukum Israel mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.
Baca juga: Hamas Tegaskan Ismail Haniyeh Dibunuh oleh Peledak yang Dijatuhkan dari Udara, Tepis Isu Bom Ditanam
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani mengatakan petualangan rezim zionis Israel harus segera dihentikan agar stabilitas di Timur Tengah tercipta dengan baik.
“Iran berusaha membangun stabilitas di kawasan, namun hal ini hanya bisa dilakukan dengan menghukum agresor dan menciptakan pencegahan terhadap petualangan rezim Zionis (Israel),” kata Nasser Kanaani dikutip dari Reuters, Senin(5/8/2024).
"Namun sekali lagi tindakan dari Teheran tidak bisa dihindari," tambahnya.
Kanaani juga mengultimatum Amerika Serikat(AS) untuk berhenti mendukung rezim zionis Israel. "Komunitas internasional telah gagal dalam tugasnya menjaga stabilitas di kawasan dan harus mendukung hukuman terhadap agresor," katanya.
Komandan tertinggi Korps Pengawal Revolusi Islam Hossein Salami pada hari Senin menegaskan kembali ancaman kelompok elit tersebut bahwa Israel akan menerima hukuman pada waktunya.
"Hukuman kepada agresor pasti ada," ujarnya.
Sebelumnya, intelijen negara-negara Barat menyebut Iran berencana menyerang Israel bertepatan dengan salah satu hari besar Yahudi pada pekan kedua Agustus.
Baca juga: Ismail Haniyeh Dimakamkan, Senior Hamas: Perlawanan Tak Akan Berakhir dengan Syahidnya Pemimpin Kami
Melansir Jerusalem Post, sumber intel tersebut mengatakan bahwa Iran akan melancarkan serangan pada 12 Agustus tepat dengan peringatan Tisha B'Av.
Hari tersebut merupakan salah satu hari besar umat Yahudi di Israel meratapi kehancuran kuil pertama dan kedua. Acara itu melibatkan sejumlah ritual, yakni puasa, berkabung, dan penyangkalan diri.(Reuters/Jerusalem Post)