Kelompok pejuang ini diberi nama Brigade Al-Qassam.
Brigade Al-Qassam merupakan sayap militer Hamas.
Kemudian Sinwar bergabung dengan Hamas dan terpilih menjadi salah satu pemimpinnya.
Namun setahun kemudian, ia ditangkap oleh pasukan Israel dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup.
Hukuman ini dijatuhkan ke Sinwar atas dugaan keterlibatan dalam penangkapan dan pembunuhan dua tentara Israel dan empat tersangka mata-mata Palestina, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: 7 Tentara Zionis Terluka akibat Ledakan Granat Tangan Hamas saat Sembunyi di Sebuah Gedung di Rafah
Selama 23 tahun, ia harus menjalani hidupnya di penjara Israel.
Akan tetapi berkat itulah ia menjadi ahli dalam urusan Israel dan bahkan belajar bahasa Ibrani.
Pada tahun 2011, Sinwar dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran Hamas.
Setelah resmi bebas, Sinwar naik pangkat di Hamas.
Sinwar kemudian menjabat sebagai biro politik Hamas pada tahun 2012.
Ia mengemban tugas sebagai seseorang yang berkoordinasi dengan Al-Qassam.
Pada tahun 2017, Sinwar menjadi kepala Hamas di Gaza, menggantikan Haniyeh, yang terpilih sebagai ketua biro politik kelompok tersebut.
Pada tahun 2021, Sinwar berjanji, pihaknya tidak akan mengibarkan bendera putih untuk Israel.
"Selama kurun waktu yang lama, kami mencoba perlawanan damai dan populer. Kami berharap dunia, orang-orang bebas, dan organisasi internasional akan mendukung rakyat kami dan menghentikan pendudukan melakukan kejahatan dan pembantaian terhadap rakyat kami. Sayangnya, dunia hanya berdiri dan menonton," katanya.
Sementara itu, Israel menuduh Sinwar menjadi dalang di balik serangan 7 Oktober di israel.
Pemimpin Palestina yang bermarkas di Gaza itu dianggap menjadi musuh publik nomor satu di Israel.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Hizbullah, Yahya Sinwar dan Hamas