TRIBUNNEWS.COM -- Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro harus rela dirinya dicoret sebagai calon wakil presiden dari Partai Demokrat.
Shapiro selama ini dikenal sebagai politisi populer yang memiliki banyak pemilih.
Namun ia adalah berasal dari keturunan Yahudi yang mendukung sepak terjang zionis Israel di Timur Tengah.
Baca juga: 4 Sisi Unggul Tim Walz sebagai Calon Wakil Presiden dari Kamala Harris dalam Pilpres Amerika Serikat
Capres Kamala Harris disebut-sebut mencoret dia setelah ia dikritik oleh kubu anti-Israel partai tersebut karena beragama Yahudi dan mendukung Israel.
Demikian diberitakan korann New York Post. Koran AS ini mengabarkan kubu anti-Israel dari Partai Demokrat telah menjuluki Shapiro sebagai "Josh Pembawa Genosida."
Banyak pemilih Yahudi menyatakan kekhawatiran bahwa kritik ini menjadi alasan keputusan Harris untuk menggantinya dengan Tim Walz.
"Saya mengandalkan keluarga dan keyakinan saya, yang memanggil saya untuk mengabdi. Dan saya bangga dengan keyakinan saya," komentar Shapiro tentang situasi tersebut.
Lulusan Universitas Pennsylvania Eyal Yacobi, yang telah menulis tentang anti-Semitisme di kampus-kampus AS, mengatakan Harris "salah perhitungan" karena tidak bekerja sama dengan Shapiro.
Baca juga: Kamala Harris Pilih Tim Walz Jadi Cawapresnya di Pilpres AS 2024
"Saya pikir ada kesempatan untuk menunjukkan kepada Amerika, untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa kita tidak dibujuk oleh kelompok-kelompok radikal ini," kata Jacoby, seraya menambahkan bahwa kampanye Harris "harus berbuat lebih banyak untuk mengutuk anti-Semitisme."
Jacoby juga mengklaim bahwa aktivis anti-Israel telah mengatur kampanye pemungutan suara protes terhadap Presiden Joe Biden karena dukungannya terhadap negara Yahudi tersebut dan secara khusus menargetkan Shapiro karena pandangan agamanya.
"Menurut saya, pada akhirnya, cukup jelas bahwa ia dianiaya karena keyakinan Yahudinya," kata Jacobi.
Perlu dicatat bahwa Shapiro adalah gubernur yang populer di negara bagian yang mungkin menjadi penentu kemenangan paling penting.
Tingkat persetujuannya secara keseluruhan di wilayah tersebut adalah 49 persen, dengan 31% ketidaksetujuan, jauh lebih tinggi daripada tingkat persetujuan Kamala Harris secara nasional.
Pada akhirnya, Kamala memilih Gubernur Minnesota Tim Walz menjadi cawapresnya.
Untuk urusan konflik di Timur Tengah Walz disebut cenderung netral, ia justru sangat vokal mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.