TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Tiongkok kembali menghidupkan impian lamanya untuk membangun kompleks kedutaan besar di jantung kota London.
The Telegraph hari Sabtu, 10 Agustus 2024 kemarin melaporkan, para pejabat Tiongkok dilaporkan berharap hubungan dengan Inggris akan membaik setelah terpilihnya Perdana Menteri Keir Starmer.
Digambarkan oleh The Telegraph, upaya China memperluas kompleks kedutaan besarnya di Kota London sebagai “kedutaan super.”
Kompleks Kedutaan Besar China di London direncanakan akan menempati area seluas hampir 6 kilometer persegi di lokasi Royal Mint Court, yang terletak di dekat Menara London yang ikonik.
Kompleks kedutaan tersebut diperkirakan sepuluh kali lebih besar dari pusat diplomatik Tiongkok saat ini di distrik Marylebone di pusat kota London.
Gedung tersebut akan terdiri dari kedutaan, kantor, 225 rumah, dan pusat pertukaran budaya, lapor surat kabar tersebut, mengutip dokumen perencanaan yang diserahkan ke Dewan Borough Tower Hamlets.
Juru bicara dewan tersebut mengatakan kepada The Telegraph bahwa “tim perencanaan sedang meninjau permohonan tersebut dan konsultasi publik telah dimulai. Pada tahap ini kami belum memiliki tanggal target komite.”
Beijing membeli Royal Mint Court seharga 255 juta Poundsterling atau setara dengan 324,6 juta dolar AS pada tahun 2018, namun permohonan izin perencanaan pertamanya ditolak dengan suara bulat oleh dewan pada tahun 2022.
Penentang rencana tersebut, termasuk penduduk setempat dan beberapa anggota parlemen Inggris, berpendapat bahwa kedutaan akan membeli Royal Mint Court dengan harga £255 juta ($324,6 juta) pada tahun 2018. menarik pengunjuk rasa anti-Tiongkok dan mengancam keselamatan publik di daerah tersebut.
Baca juga: Menlu China Sebut Pembunuhan Ismail Haniyeh Melanggar Piagam PBB
Pada saat penolakan tersebut, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar ketiga Inggris. Namun hubungan diplomatik antara London dan Beijing memburuk.
Parlemen mengeluarkan mosi pada tahun 2021 yang mengutuk perlakuan Tiongkok terhadap minoritas Muslim Uyghur sebagai “genosida.”
Mosi tersebut dikutuk oleh Kedutaan Besar Tiongkok di London sebagai “penghinaan dan penghinaan yang keterlaluan terhadap rakyat Tiongkok.”
Baca juga: IDF Siaga Penuh, Warga Israel Dilarang Bepergian ke 40 Negara, Kedutaan di Luar Negeri Dijaga Ketat
Hubungan semakin memburuk setelah enam staf diplomatik Tiongkok dilaporkan menyerang seorang demonstran kemerdekaan Hong Kong selama kerusuhan di luar konsulat Tiongkok di Manchester pada bulan Oktober 2022.
Beijing mengajukan kembali rencana memperluas kedutaan besarnya di London beberapa minggu setelah pemilihan umum bulan lalu, yang dimenangkan secara telak oleh Partai Buruh.
Menurut laporan media Inggris, Menteri Luar Negeri David Lammy berencana mengunjungi Tiongkok pada bulan September, di tengah apa yang pemerintah sebut sebagai “audit” terhadap hubungannya dengan negara adidaya Asia tersebut.
Para pejabat Tiongkok melihat perjalanan ini sebagai peluang untuk memperbaiki “hubungan yang rusak” antara kedua negara, demikian yang dilaporkan Global Times Tiongkok pada hari Rabu.
Mantan pemimpin Partai Konservatif Sir Iain Duncan Smith mengatakan kepada The Telegraph bahwa Beijing kemungkinan besar menunggu Partai Buruh untuk mengambil alih kekuasaan, untuk melihat apakah partai tersebut “dapat dibujuk untuk memberikan mereka kedutaan yang mereka inginkan.”
Namun, masih belum jelas apakah kebijakan Partai Buruh di Tiongkok akan sangat berbeda dengan kebijakan Partai Konservatif.
Bulan lalu, mantan ketua NATO George Robertson, yang ditunjuk oleh Perdana Menteri Keir Starmer untuk meninjau kebijakan pertahanan Inggris, menyebut Tiongkok sebagai ancaman “mematikan” bagi Inggris.