TRIBUNNEWS.COM – Intelijen Israel memperkirakan Iran akan menyerang Israel dalam beberapa hari ke depan.
Serangan itu adalah serangan langsung dan akan menjadi balasan atas serangan Israel di Iran yang menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Sebelumnya, Iran didesak oleh sejumlah pihak, termasuk Amerika Serikat (AS), agar tidak membalas serangan Israel. Namun, Iran saat ini sudah mengambil keputusan untuk tetap akan menyerang Israel.
Dikutip dari Maariv, seorang narasumber yang mengetahui detailnya mengatakan bahwa situasi saat ini masih bisa berubah.
Dilaporkan masih ada perdebatan internal di Iran antara Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) dan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, beserta bawahannya perihal jenis serangan dan waktu untuk melancarkannya.
IRGC meminta adanya serangan yang lebih besar daripada serangan yang dilancarkan Iran tanggal 13 April lalu. Di sisi lain, Pezeshkian meyakini serangan besar ke Israel harus dihindari.
Oleh karena itu, tetap ada kemungkinan bahwa keputusan serangan bisa berubah.
Sementara itu, seorang anggota Majelis Nasional Palestina bernama Osama Al Ali menyinggung Iran yang hingga kini belum juga menyerang Israel.
“Menunda (serangan) balasan itu sepenuhnya persoalan taktikal. Semua opsi bisa dirundingkan,” kata Ali.
“Respons yang tepat ialah tidak merespons atau berbicara, tetapi tetap bungkam. Diamlah dan tunggu waktu yang cocok ketika lingkaran perlindungan yang dibuat Amerika Serikat (AS) di sekeliling Israel runtuh."
Ali menyebut Iran masih menunggu situasi agar kembali normal.
Baca juga: Alasan Israel Bombardir Sekolah Gaza, Pejabat Iran dan Wakil Kepala Hamas Berbincang Lewat Telepon
“Dan kemudian mereka (Iran) akan melancarkan serangan kejutan seperti yang dilakukan Israel tahun 1967.”
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah berbicara dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada hari Minggu lalu.
Gallant berkata kepada Austin bahwa persiapan yang dilakukan Iran menandakan bahwa negara itu siap melancarkan serangan besar ke Israel.
Austin kemudian meminta kapal selam USS Georgia untuk dikerahkan ke Timur Tengah. Pengerahan kapal selam bisa dibilang sebagai hal yang jarang dilakukan AS.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS menyebut Austin juga meminta agar pengerahan satuan tempur kapal induk USS Abraham Lincoln ke Timur Tengah dipercepat.
Juru bicara Kemenhan AS Mayken Pat Ryder kembali menegaskan komitmen AS untuk membela atau melindungi Israel.
Sementara itu, Channel 13 melaporkan kemungkinan adanya serangan gabungan Iran dan Hizbullah.
Belum diketahui apakah serangan itu akan dilakukan secara bersama-sama ataukah secara bergantian.
Iran mainkan kesabaran Israel
Anggota Komisi Keamanan Nasional Majelis Iran, Ahmad Bakhshayesh Ardestani, mengatakan serangan balasan Iran ke Israel akan mengejutkan dan bisa berlangsung hingga beberapa hari.
"Operasi udara Iran untuk melawan Israel bisa berlangsung tiga hingga empat hari," ujar Ardestani pada hari Sabtu, (10/9/2024), dikutip dari The Jerusalem Post yang mengutip Iran International.
Baca juga: Iran Mainkan Kesabaran Israel, Serangan Balasannya Diklaim Akan Mengejutkan & Bisa sampai 4 Hari
Kepada Iran Watch, Ardestani berujar bahwa Iran juga bersiap menghadapi risiko yang muncul akibat serangan itu.
"Iran pastinya bersiap menghadapi konsekuensi serangan seperti itu dan akan siap menghadapi perkembangan apa pun berikutnya."
"[Serangan Iran] akan mengejutkan dan bahkan mungkin berlangsung tiga hingga empat hari."
Ardestani mengatakan "pertumpahan darah akan dilakukan" guna membalas kematian Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
"Jadi, balasan Iran atas kejahatan rezim Zionis adalah keniscayaan dan tak ada keraguan tentang itu," kata Ardestani.
Dia berujar bahwa memperlama balasan atau membuat Israel menunggu balasan adalah adalah suatu keuntungan bagi Iran.
"[Israel] merasa setiap malam berada dalam ketidakpastian, dan menjaga agar Israel tetap dalam ketidakpastian adalah bagian dari operasi pembalasan."
Banyak pakar yang mengklaim bahwa perang psikologis adalah bagian dari strategi Iran.
Seorang pakar kajian Iran di Universitas Tel Aviv, David Menashri, mengatakan Israel tidak sebagus Iran dalam "permainan kesabaran".
"Menarik untuk melihat siapa yang akan beraksi lebih dulu," ucap Menashri.
"Iran jelas memenangkan perang psikologis pada saat ini."
Baca juga: Menjelang Serangan Iran, Banyak Warga Israel Dapat Pesan Misterius: Kalian Dikubur Minggu Depan
Sementara itu, Ardestani mengklaim Iran akan membalas ketika waktunya tepat, tetapi harus dengan "kejutan".
(Tribunnews/Febri)