TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin meminta kapal selam USS Georgia dikerahkan ke Timur Tengah.
USS Georgia merupakan kapal selam bertenaga nuklir dan dipersenjatai rudal penjelajah dengan sistem pemandu.
Dalam beberapa hari terakhir, kapal selam AS itu beroperasi di Laut Tengah dan baru saja menyelesaikan latihan di dekat Italia.
The Times of Israel menyebut pengumuman pengerahan kapal selam ke kawasan yang tengah bergejolak itu sebagai momen yang langka. Pasalnya, AS jarang mengumumkan pengerahan kapal selam.
Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS pada hari Minggu, (11/8/2024), Austin juga memerintahkan satuan tempur kapal induk USS Abraham Lincoln agar lebih cepat menuju kawasan itu.
Pengerahan itu dilakukan di tengah adanya ancaman serangan Iran dan Hizbullah ke Israel.
Iran gusar karena Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dibunuh Israel di Iran.
Adapun Hizbullah ingin membalas serangan Israel yang menewaskan salah satu panglimanya, yakni Fuad Shukr.
Juru bicara Kemenhan AS, Mayjen Pat Ryder menyebut Austin sudah berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Minggu.
Austin menegaskan AS akan “mengambil setiap langkah yang memungkinkan untuk membela Israel”.
USS Abraham Lincoln awalnya berada di Asia Pasifik. Kapal itu kemudian diminta pergi ke Timur Tengah untuk menggantikan USS Thedore Roosevelt.
Baca juga: Intel Israel Sebut Iran Segera Lancarkan Serangan Langsung, IRGC Berdebat dengan Pezeshkian
Roosevelt akan pulang ke AS setelah dikerahkan di Timur Tengah. Menurut Austin, Roosevelt akan tiba di area Komando Pusat pada penghujung bulan ini.
Di dalam satuan tempur Lincoln, terdapat kapal induk yang berisi jet tempur F-35C. Kapal itu ditemani oleh beberapa kapal perusak.
Belum diketahui alasan pengerahan Lincoln ke Timur Tengah. Ryder juga tidak menjelaskan kapan Georgia akan tiba di kawasan itu.
Menurut Ryder, Austin dan Gallant turut membahas operasi militer Israel di Jalur Gaza dan pentingnya memitigasi bahaya bagi warga sipil.
Sehari sebelumnya Israel menyerang sebuah gedung sekolah yang menjadi tempat berlindung warga sipil.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut serangan itu menewaskan setidaknya 80 orang dan melukai puluhan lainnya.
Sementara itu, Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) pada hari Kamis pekan lalu mengumumkan kedatangan sejumlah jet tempur F-22 di Timur Tengah.
Menurut CENTCOM, jet tempur generasi kelima itu dikerahkan untuk “memitigasi kemungkinan eskalasi regional oleh Iran atau proksinya”.
AS sendiri mengaku tidak mengetahui rencana pembunuhan Haniyeh ataupun terlibat dalam pembunuhan itu.
Di samping itu, AS meminta Israel untuk tidak melakukan “eskalasi” dalam konflik di Timur Tengah itu.
AS mengatakan siap melindungi Israel dari serangan-serangan Iran. Negara itu juga akan mengerahkan peralatan militer lainnya di Timur Tengah.
Baca juga: UE Serukan Sanksi untuk 2 Menteri Israel, Dianggap Menghasut agar Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
The Times of Israel melaporkan AS juga mengirimkan sekitar dua puluh jet tempur F/A-18 ke sebuah pangkalan militer di Timur Tengah. Jet-jet tempur itu dibawa dengan Kapal Induk Roosevelt.
F/A-18 dan pesawat pengintai E-2D lepas landas dari kapal itu Teluk Oman dan pada hari Senin telah mendarat di pangkalan militer yang tak disebutkan.
Serangan Iran diperkirakan sudah dekat
Intelijen Israel memperkirakan Iran akan menyerang Israel dalam beberapa hari ke depan.
Serangan itu adalah serangan langsung dan akan menjadi balasan atas serangan Israel di Teheran yang menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Sebelumnya, Iran didesak oleh sejumlah pihak, termasuk AS, agar tidak membalas serangan Israel. Namun, Iran saat ini sudah mengambil keputusan untuk tetap akan menyerang Israel.
Dikutip dari Maariv, seorang narasumber yang mengetahui detailnya mengatakan bahwa situasi saat ini masih bisa berubah.
Dilaporkan masih ada perdebatan internal di Iran antara Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) dan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, beserta bawahannya perihal jenis serangan dan waktu untuk melancarkannya.
IRGC meminta adanya serangan yang lebih besar daripada serangan yang dilancarkan Iran tanggal 13 April lalu. Di sisi lain, Pezeshkian meyakini serangan besar ke Israel harus dihindari.
(Tribunnews/Febri)