TRIBUNNEWS.com - Rumah sakit di utara Israel yang berbatasan langsung dengan Lebanon dilaporkan sedang dalam keadaan siaga tinggi.
Hal ini menyusul serangan balas dendam Iran dan Lebanon atas kematian Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh dan Komandan Senior Hizbullah, Fuad Shukr, yang terjadi pada akhir Juli 2024.
Media Ibrani, Walla, melaporkan rumah sakit-rumah sakit di utara Israel siap beroperasi di bawah tanah jika keadaan darurat mulai terjadi.
Baru-baru ini, Menteri Kesehatan Israel, Uriel Buso mengadakan serangkaian penilaian kesiapan medis bersama direktur rumah sakit dan eksekutif organisasi pemelihataan kesehatan, dilansir The Times of Israel.
Buso membahas kesiapsiagaan darurat, termasuk informasi tentang daerah aman, persediaan darurat, pertahanan siber, perawatan kesehatan mental, dan cara untuk segera meningkatkan kewaspadaan.
Ia memerintahkan semua personel untuk memeriksa inventaris peralatan medis guna menjamin "kontinuitas operasional".
Buso juga menambahkan, "sistem perawatan kesehatan telah beroperasi dalam mode darurat sejak 7 Oktober 2023."
Selain di utara Israel, rumah sakit di pusat kota juga mempersiapkan diri.
Di Rumah Sakit (RS) Beilinson di Petah, Tikva, seorang juru bicara mengatakan mereka menyiapkan 350 tempat tidur di bawah tanah berbenteng yang baru-baru ini diperluas.
Kompleks seluas 5.000 meter persegi di dua lantai tempat parkir bawah tanah, mencakup unit perawatan intensif, departemen bedah, ortopedi, departemen penyakit dalam, dan unit dialisis.
"Kompleks (bawah tanah) ini siap beroperasi dalam waktu dekat," ujar juru bicara RS Beilinson.
Baca juga: 2 Sekutu Israel Serang Yaman, Upaya Halangi Houthi Bela Warga Palestina di Gaza
Lebih lanjut, juru bicara tersebut mengungkapkan departemen gawat darurat telah diperkuat sepenuhnya, termasuk ruang trauma dan bank darah, dengan total sekitar 100 stasiun perawatan.
Unit bawah tanah juga telah disiapkan Pusat Medis Rambam di Haifa.
Lantai bawah tanah rumah sakit tersebut sudah disiapkan 1.200 tempat tidur.
Jika dalam keadaan darurat, 700 pasien dari lantai atas bisa dipindahkan ke bawah tanah.
Tak hanya itu, ada 250 tempat tidur tambahan di tempat "teraman" rumah sakit tersebut.
Persiapan serupa juga dilakukan Sheba Medical Center di Tel Aviv.
Sheba Medical Center memiliki generator cadangan darurat untuk menjaga rumah sakit tetap beroperasi bersama dengan "monitor pasien dan alat pacu jantung."
"Kami melakukan persiapan dan latihan sepanjang waktu, sepanjang tahun," ungkap juru bicara Sheba Medical Center.
"Kami selalu waspada 24/7, tetapi tidak ada yang tidak biasa," pungkasnya.
Baca juga: Teka-teki Keberadaan 2 Anggota IRGC yang Bantu Israel Bunuh Haniyeh, Dievakuasi usai Pasang Bom
IDF dan Lembaga Keamanan Israel Juga Siaga Tinggi
Di sisi lain, dalam pernyataan publik, Juru Bicara Pasukan Pertahanan ISrael (IDF) memastikan tidak ada perubahan dalam arahan dari Komando Front Dalam Negeri, meski belum diketahui secara pasti kapan Iran dan Lebanon melakukan serangan balasan.
Tetapi, IDF dan lembaga keamanan Israel lainnya saat ini masih dalam situasi waspada tinggi.
Dikutip dari IRNA, mereka memantau secara seksama perkembangan di Iran dan Hizbullah di Lebanon.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, saat berbicara kepada pasukan IDF baru, mengeluarkan peringatan keras pada Minggu (11/8/2024), "Siapa pun yang akan menyakiti kita dengan cara yang belum pernah dilakukannya di masa lalu, kemungkinan besar juga akan dipukul oleh kita dengan cara yang belum pernah kita lakukan di masa lalu."
"Ini adalah hal-hal yang tidak kita inginkan tetapi kita perlu bersiap untuk itu, dan itu mungkin terjadi."
Ketegangan di Timur Tengah terjadi menyusul pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menjanjikan "hukuman keras" bagi Israel sebagai balasan atas kematian Haniyeh.
"Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu kami yang terkasih di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan, Rabu (31/7/2024), dilansir Al Jazeera.
Ia menambahkan, "rezim Zionis juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri."
Khamenei juga menegaskan, adalah tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.
"Kami menganggap bahwa adalah tugas kami untuk membalas darahnya (tewasnya Haniyeh) dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," kata Khamenei, seraya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh dan kelompok Palestina.
Sebagai informasi, Haniyeh tewas diserang di Teheran, Rabu dini hari, dalam perjalanannya menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.
Acara pelantikan Pezeshkian diketahui menjadi kemunculan terakhir Haniyeh.
Selain Haniyeh, pengawal pribadinya yang juga Wakil Komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam serangan itu.
Jenazah Haniyeh dimakamkan di Qatar, Jumat (2/8/2024).
Usai Haniyeh tewas, Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik yang baru.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)