Salah satu legiun asing yang dilibatkan dalam invasi Kursk adalah pasukan bayaran dari Georgia. War Zone melaporkan, pasukan paramiliter Georgia tersebut terlihat dalam sebuah video yang diunggah di X.
Media perang tersebut memperlihatkan tentara bayaran di Wilayah Kursk, memperlihatkan sekelompok pejuang yang sedang beristirahat, dengan bendera Ukraina dan Georgia di seragam mereka.
Selain itu ada video lain yang menggambarkan pasukan menembakkan senjata mortir ke arah lawan. Mereka bicara dengan bahasa campuran Georgia dan Rusia.
Mereka terlihat mengenakan perlengkapan militer dan pita lengan biru yang digunakan oleh pasukan Ukraina untuk saling mengidentifikasi di tengah panasnya pertempuran.
Video lain yang diunggah oleh saluran yang sama, yang juga mengklaim memperlihatkan tentara bayaran di Wilayah Kursk, memperlihatkan sekelompok pejuang yang sedang beristirahat, dengan bendera Ukraina dan Georgia di seragam mereka.
Legiun Georgia dilaporkan beranggotakan sekitar 120 orang dan berasal dari pasukan yang dibentuk oleh pejuang gerilya veteran Mamuka Mamulashvili pada tahun 2014.
Selama konflik Ukraina-Rusia, para anggotanya mendapat perhatian negatif dari media, mereka menyiksa dan mengeksekusi tawanan perang Rusia menjadi publik pada Maret 2022.
Juru bicara parlemen Georgia Shalva Papuashvili mengklaim bahwa pejabat Barat telah menekan pemerintah di Tbilisi untuk membantu Kiev merekrut tentara bayaran di negara tersebut.
"Pejabat asing dan anggota oposisi Georgia mengatakan kepada kami bahwa kami seharusnya memberlakukan sanksi [terhadap Rusia], mengirim tentara bayaran [ke Ukraina], dan sebagainya,” ujarnya.