TRIBUNNEWS.COM -- Serangan mendadak Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, dianggap menjadi masalah bagi Presiden Vladimir Putin.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, invasi Kiev di perbatasan Rusia tersebut menjadi dilema nyata bagi Putin.
"Saya telah berbicara dengan staf saya secara teratur, mungkin setiap empat atau lima jam selama enam atau delapan hari terakhir dan itu menimbulkan dilema nyata bagi Putin," kata Biden.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa invasi Ukraina di wilayah Kursk Rusia "menimbulkan dilema nyata" bagi Presiden Rusia Vladimir Putin dan bahwa pemerintah AS "terus-menerus berhubungan" dengan Kiev.
Baca juga: Operasi Intelijen Kiev Lewati 1.800 KM Perbatasan: Pengebom Supersonik Hancur
Biden menyampaikan pernyataan penting pertamanya tentang operasi Ukraina di wilayah Kursk selama pertemuan dengan wartawan di bandara New Orleans, Ukrinform melaporkan, mengutip The New York Post.
"Saya telah berbicara dengan staf saya secara teratur, mungkin setiap empat atau lima jam selama enam atau delapan hari terakhir dan itu menimbulkan dilema nyata bagi Putin," kata Biden.
"Dan kami telah melakukan kontak langsung, kontak terus-menerus dengan Ukraina. Itu saja yang akan saya katakan tentang hal itu selagi masih aktif," tambahnya.
Sementara invasi tersebut dianggap sebagai operasi rahasia Ukraina hingga negara-negara sekutu pun kaget setelah mendengarnya.
European Pravda mengabarkan, berdasarkan laporan Bloomberg, seorang pejabat Barat sedang mempertimbangkan beberapa opsi untuk serangan yang akan mengejutkan Rusia.
Pejabat intelijen Barat yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa pimpinan Ukraina tidak membagikan informasi spesifik tentang operasi di Kursk hingga operasi tersebut berlangsung penuh.
Baca juga: Kursk: Apa Strategi Ukraina Dibalik Serangan ke Wilayah Rusia?
Saat ini, Barat menahan diri untuk tidak membuat penilaian khusus apa pun tentang operasi Angkatan Bersenjata Ukraina, tetapi menganggap tidak mungkin pasukan Ukraina akan dapat menguasai wilayah Rusia.
Sementara itu, seorang pejabat NATO yang mengetahui data intelijen tersebut mengatakan operasi tersebut penting untuk menunjukkan bahwa Kiev mampu menantang Kremlin.