Sebuah studi kimia terperinci tentang monolit utama Stonehenge, telah mengubah pemahaman tentang asal-usul misterius monumen Inggris tersebut, yang menunjukkan salah satu batu altar utamanya diangkut dari utara Skotlandia.
Penemuan tersebut menunjukkan, jarak yang ditempuh lempengan batu pasir berukuran lima meter persegi dan seberat enam ton itu, kemungkinan lebih dari tiga kali lipatnya dari asumsi sebelumnya.
Monumen berupa lingkaran batu neolitik berusia 5.000 tahun tersebut, merupakan bagian sangat berharga dari warisan arkeologi Inggris, yang dikunjungi oleh lebih dari satu juta orang setiap tahun. Tempat tersebut merupakan situs untuk merayakan peristiwa titik balik matahari tahunan dan baru-baru ini menjadi subjek protes iklim yang kontroversial.
Bagaimana struktur tersebut dibangun belum dikethaui pasti
Sampai tahun lalu, Batu Altar digambarkan sebagai 'batu biru' meskipun ditemukan sebagai batu pasir sedimen, yang diperkirakan berasal dari endapan di dekat Brecon Beacons di Wales.
Bersama dengan bongkahan batu biru dolerit dan riolit yang lebih kecil dari endapan Mynydd Preseli di pantai barat negara itu, telah lama diperkirakan bahwa orang Inggris kuno mengangkut batu-batu ini sejauh 225 kilometer (140 mil) untuk membangun Stonehenge. Situs ini juga memiliki lempengan besar batu pasir yang bersumber dari daerah setempat.
Namun, sebuah laporan dari Universitas Aberystwyth tahun lalu menemukan, komposisi Batu Altar sangat berbeda dari batu pasir Wales, dan penulis laporan menduga asal-usulnya di Inggris utara.
Atas rekomendasi dari tim Aberystwyth, fragmen kecil Batu Altar dikirim ke belahan dunia lain – ke Australia Barat – tempat seorang mahasiswa PhD di Universitas Curtin menelitinya di bawah mikroskop.
"DNA Batu" mengungkap asal-usul Batu Altar Stonehenge
Batu Altar besar di bagian tengah Stonehenge tertanam di dalam tanah di bawah dua blok batu pasiran sarsen yang lebih besar, yang berasal dari wilayah Wiltshire setempat bersama dengan batu-batu tegak besar lainnya yang membentuk lingkaran luar monumen.
Namun ketika para peneliti Aberystwyth yang dipimpin oleh geolog Richard Bevins mengidentifikasi kemungkinan asal-usul yang berbeda untuk Altar pada tahun 2023, dibutuhkan seorang ekspatriat Wales yang bekerja di belahan dunia lain untuk mengisi kekosongan peneliti.
"Saya dibesarkan dengan mengembara di perbukitan [Preseli] itu, seperti, mungkin, orang Inggris Neolitikum yang melakukannya ribuan tahun yang lalu, dan entah bagaimana hal itu pasti telah menginspirasi saya," kata Anthony Clarke, seorang geolog yang berasal dari Wales Selatan yang saat ini bekerja di kelompok Timescales of Mineral Systems Curtin University di Perth.
Clarke dan rekan-rekannya melakukan analisis isotopik peluruhan uranium di dalam kristal batuan Altar tersebut.
Prosesnya dengan menembakkan laser ke dalam serpihan-serpihan batu, dan mengukur rasio isotop uranium dan timbal yang dilepaskan oleh batu tersebut.
Clarke dan rekannya Chris Kirkland – seorang warga Skotlandia yang juga bekerja di Curtin – menggunakan hasil pengukuran itu untuk mencocokkannya dengan basis data geologi yang luas mengenai endapan batuan di Inggris. Hasilnya data isotop batuan Altar Stone sesuai dengan data dari Cekungan Orcadian, sekitar 850 kilometer di utara Stonehenge.
"Dengan mengukur rasio isotopik uranium dan timbal di dalam kristal-kristal kecil ini, kami memiliki 'jam' mini," kata Kirkland.
"Jam-jam ini sangat berguna, karena memberi tahu kita tentang usia asli material yang terkikis dari komposisi awal batu pasiran ini (...) kami dapat melihat banyak kristal yang berbeda di dalam Altar Stone, dan membangun 'sidik jari usia', ibaratnya Ini seperti DNA untuk batuan."
Stonehenge: kisah perdagangan melalui laut?
Mengangkut batu seberat enam ton melalui darat sejauh lebih dari 1.000 kilometer merupakan kerja sangat berat pada 6.000 tahun yang lalu.
Karenanya, para peneliti mengatakan Batu Altar kemungkinan besar diangkut melalui air.
"Awalnya kami mengira batu itu pasti dipindahkan melalui lapisan es – jaraknya sangat jauh bagi manusia untuk mengangkutnya. Namun, jika kita melihat arah aliran es selama zaman es sebelumnya di Inggris, es sebenarnya bergerak lebih jauh dari Inggris selatan," kata Clarke.
"Jika Anda melihat pengangkutan Batu Altar melalui darat, batu-batu itu pasti melewati beberapa rintangan yang berat: sungai, hutan lebat di Inggris prasejarah, lanskap rawa-rawa, dan pegunungan yang menghalangi jalan, dari Skotlandia utara (...) yang kemudian menyisakan asumsi rute pengangkutan lewat laut bagi kami."
Clarke menunjuk bukti perdagangan berbasis laut, pengiriman barang, dan hubungan sosial di seluruh Kepulauan Inggris pada saat pembangunan Stonehenge sebagai pendukung hipotesis transportasi laut.
Hal ini serupa dengan penelitian terbaru oleh para arkeolog, yang mengungkap keberadaan cabang-cabang Sungai Nil yang telah punah. Analisis mereka menemukan, kanal-kanal yang telah punah itu pasti melewati lokasi banyak piramida, yang menunjukkan bahwa transportasi air digunakan oleh orang Mesir Kuno untuk mengangkut batu dalam jumlah sangat besar yang dibutuhkan untuk pembangunan piramida.
Clarke memperkirakan, hipotesis transportasi air akan menarik berbagai tanggapan dari komunitas arkeologi, tetapi yakin bahwa penelitian Stonehenge yang baru ini akan membantu memfokuskan pencarian sumber sebenarnya dari material yang digunakan di situs kuno tersebut.
"Saya yakin akan ada campuran antara rasa heran dan mungkin skeptisisme," kata Clarke.
"Namun, ini adalah sesuatu yang kami sambut baik untuk ke depannya, untuk benar-benar mempersempit sumber Batu Altar, mungkin ke singkapan individual atau bahkan sampai ke lokasi tambang tempat batu itu mungkin berasal."
Temuan baru ini dipublikasikan di jurnal Nature.
Sumber utama:
Clarke et al (2024). A Scottish provenance for the Altar Stone of Stonehenge. Nature. https://doi.org/10.1038/s41586-024-07652-1
Sumber tambahan:
Bevins et al. (2023). The Stonehenge Altar Stone was probably not sourced from the Old Red Sandstone of the Anglo-Welsh Basin: Time to broaden our geographic and stratigraphic horizons? Published in Journal of Archaeological Science: Reports. https://doi.org/10.1016/j.jasrep.2023.104215
Bradley, Richard (2024). Beyond the bluestones: links between distant monuments in Late Neolithic Britain and Ireland. Antiquity. https://doi.org/10.15184/aqy.2024.3
Ghoneim et al (2024). The Egyptian pyramid chain was built along the now abandoned Ahramat Nile Branch. Communications Earth & Environment. https://doi.org/10.1038/s43247-024-01379-7