Saat diluncurkan dari ketinggian, rudal ini diklaim mampu menghancurkan kapal dan mencegat rudal balistik yang datang dari jarak yang sebanding dengan pesawat musuh yang terletak ratusan mil jauhnya.
"Yang lebih penting, AS membutuhkan rudal yang dapat mengungguli rudal jarak jauh PL-15 milik China, dan kini AS telah memilikinya," kata Tiwari.
Cara China menggerus keunggulan AS
Meningkatnya ketegangan di setidaknya dua titik panas penting di Indo-Pasifik—Laut China Selatan dan Selat Taiwan—telah meningkatkan kemungkinan konflik antara Amerika Serikat dan China.
Akibatnya, kedua belah pihak telah bersiap untuk kemungkinan pertempuran atau setidaknya pertikaian bersenjata terbatas.
Bagi Amerika Serikat, ancaman udara utama Tiongkok adalah rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15 miliknya, yang diklaim memiliki jangkauan 200 hingga 300 kilometer.
Keberadaan rudal PL-15 diakui atau tidak, telah mengubah keseimbangan kekuatan yang merugikan AS.
Sebelumnya, pesawat siluman generasi kelima milik USAF, F-22 Raptor, dan F-35 Lightning II membuat rudal seperti AIM-120 cukup untuk beberapa tahun, mengingat AIM-120 memiliki jangkauan efektif sekitar 150 kilometer.
Selain itu, militer AS berfokus pada peningkatan AMRAAM (Rudal Udara-ke-Udara Jarak Menengah Canggih AIM-120), yang sangat meningkatkan kinerjanya selama bertahun-tahun, sebagaimana dicatat oleh Justin Bronk, pakar kekuatan udara dan teknologi di Royal United Services Institute London, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
Pesawat siluman yang dilengkapi dengan AIM-120 memiliki keuntungan strategis untuk melancarkan serangan pertama—hingga beberapa tahun yang lalu.
Dominasi Amerika yang mapan ini ditantang dengan diperkenalkannya pesawat tempur siluman J-20 Mighty Dragon milik Tiongkok, sebagaimana disoroti oleh Kelly Grieco, seorang peneliti senior di Stimson Center.
Lebih buruk lagi, pesawat tempur ini dilengkapi dengan rudal jarak jauh PL-15.
Dengan pesawat siluman J-20 yang dilengkapi rudal jarak jauh PL-15, seorang pilot pesawat tempur China mungkin dapat mengidentifikasi pesawat AS yang tidak memiliki kemampuan siluman dan menembak jatuh pesawat tersebut jauh melampaui kemampuan mereka untuk membalas.
Lebih jauh lagi, hal itu dapat memaksa pesawat siluman Amerika untuk beroperasi pada jarak yang sangat dekat untuk meluncurkan rudal mereka secara efektif, yang menimbulkan risiko yang signifikan mengingat kemahiran militer Tiongkok dengan sistem pertahanan udara yang canggih.