TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan kesepakatan gencatan senjata mungkin tidak akan tercapai dan militer Israel tidak akan melepaskan kendali atas perbatasan Gaza-Mesir.
Pernyataan itu, diucapkan Netanyahu saat ia menemui keluarga sandera, Selasa (20/8/2024), USA Today melaporkan.
Forum Keluarga Sandera mengutip pernyataan Netanyahu bahwa Israel, dalam keadaan apa pun, tidak akan meninggalkan poros Philadelphia dan Koridor Netzer.
Netanyahu tidak yakin kesepakatan dapat dicapai.
Kelompok tersebut, menuduh Netanyahu menolak kesepakatan penyanderaan apa pun.
"Tidak ada harapan dan tidak ada kepahlawanan dalam sikap 'tegas' yang akan mengakibatkan kematian terus-menerus semua korban penculikan," kata kelompok itu dalam sebuah posting media sosial.
"Pemerintah Israel menelantarkan para korban penculikan pada 7.10 dan sekarang menelantarkan mereka untuk selamanya."
Amerika Serikat sebelumnya telah mempromosikan "proposal penghubung" gencatan senjata akhir pekan lalu.
Netanyahu mengumumkan pada hari Senin (19/8/2024), bahwa Israel pada prinsipnya dapat menerima rencana tersebut.
Tetapi kemudian Hamas merilis pernyataan yang menolak rencana tersebut, karena proposal itu dianggap tidak lebih dari sekadar daftar tuntutan Israel.
Beberapa jam kemudian, Presiden AS, Joe Biden, menuduh Hamas "menjauh" dari kesepakatan.
Baca juga: Netanyahu Berbalik Arah, dari Bilang Setuju Gencatan Senjata di Gaza Kini Menolak
Hamas menyatakan, pihaknya sangat terkejut dan tidak setuju atas klaim Biden.
Hamas menyebut, Amerika bias terhadap pendudukan Zionis dan mendukung agresi Israel sertagenosida terhadap warga sipil yang tidak berdaya di Jalur Gaza.
Pemimpin oposisi Israel: Netanyahu menyabotase perundingan
Sementara itu, kembali mengutip USA Today, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid, menuduh Netanyahu mencoba menggagalkan perundingan gencatan senjata.
Pihak lain yang terlibat dalam perundingan juga mengeluh.
Mereka mengatakan kepada penyiar publik Israel Kan bahwa mereka yakin Netanyahu sengaja menggagalkan perundingan dengan mengatakan kepada beberapa keluarga sandera bahwa Israel tidak akan melepaskan kendali atas perbatasan Gaza-Mesir dalam keadaan apa pun.
Pernyataan seperti itu pasti akan ditolak oleh Hamas, kata mereka.
Lapid mengatakan, taktik Netanyahu bisa berakibat fatal bagi para sandera yang masih ditahan di Gaza.
"Semua upaya Netanyahu untuk menyabotase negosiasi harus dihentikan. Selesaikan sekarang, sebelum semuanya mati," ujar Lapid.
Usaha Blinken
Dilansir ABC News, sebelum mengakhiri lawatannya ke Timur Tengah, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berbicara kepada awak media di landasan pacu di Qatar.
Ia menekankan, urgensi di balik desakan terbaru untuk pembebasan sandera dan perjanjian gencatan senjata di Gaza.
"Pesan kami sederhana, jelas, dan mendesak. Kami perlu menuntaskan gencatan senjata dan perjanjian penyanderaan, dan kami perlu melakukannya sekarang," katanya.
"Waktu sangatlah penting, karena setiap hari, kesejahteraan dan kehidupan para sandera terancam. Waktu sangatlah penting, karena setiap hari, wanita, anak-anak, pria di Gaza menderita."
"Dan waktu sangatlah penting karena setiap hari, ada bahaya eskalasi di wilayah tersebut."
Blinken mengatakan, Qatar dan Mesir tetap berhubungan langsung dengan Hamas untuk mendiskusikan proposal penghubung.
Tetapi, ia kembali menegaskan bahwa bahkan jika kesepakatan dicapai, semua pihak masih perlu menyelesaikan perjanjian implementasi terperinci yang sejalan dengan pemberlakuan gencatan senjata.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)