News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Mediator Utama Mesir Skeptis terhadap Proposal Penghubung Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Penulis: tribunsolo
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

TRIBUNNEWS.COM - Mediator utama Mesir menyatakan skeptisisme terhadap proposal penghubung pada Rabu (21/8/2024).

Proposal itu dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Mediator Mesir itu merasa skeptis karena ada lebih banyak rincian yang muncul tepat sehari sebelum negosiasi dilanjutkan di Kairo, Mesir.

Tantangan seputar apa yang disebut proposal penghubung tersebut tampaknya merusak optimisme terhadap kesepakatan yang menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat AS, Anton Blinken akan segera tercapai.

Dikutip dari AP News, para pejabat Mesir mengatakan, Hamas tidak akan menyetujui proposal penghubung tersebut karena sejumlah alasan.

Di antaranya adalah karena kekhawatiran yang telah lama ada mengenai apakah kesepakatan tersebut benar-benar akan menarik pasukan Israel dari Gaza dan mengakhiri perang.

Seorang pejabat Mesir yang meminta identitasnya dirahasiakan mengatakan, proposal penghubung itu mensyaratkan penerapan tahap pertama kesepakatan.

Tahap pertama itu mengharuskan Hamas membebaskan sandera sipil paling rentan yang ditangkap dalam serangannya pada 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang.

Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap pertama akan menegosiasikan tahap kedua dan ketiga tanpa jaminan dari Israel atau mediator kepada Hamas.

"Amerika menawarkan janji, bukan jaminan," ujar pejabat itu.

"Hamas tidak akan menerima ini, karena ini berarti Hamas akan membebaskan sandera sipil sebagai imbalan atas jeda pertempuran selama enam minggu tanpa jaminan gencatan senjata permanen yang dinegosiasikan," imbuhnya.

Baca juga: Biden Desak Netanyahu Sepakati Gencatan Senjata di Gaza Melalui Panggilan Telepon

Lebih lanjut, ia juga mengatakan usulan tersebut tidak secara jelas menyebutkan Israel akan menarik pasukannya dari dua koridor strategis di Gaza.

Dua koridor itu adalah koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir dan koridor timur-barat Netzarim di seluruh wilayah tersebut.

Menurut pejabat itu, Israel menawarkan untuk mengurangi jumlah pasukannya di koridor Philadelphia, dengan "janji" untuk menarik diri dari wilayah tersebut.

“Ini tidak dapat diterima oleh kami dan tentu saja oleh Hamas,” ucap pejabat Mesir itu.

Seorang pejabat Mesir lainnya, yang diberi pengarahan tentang perkembangan terakhir dalam negosiasi, mengatakan hanya ada sedikit peluang untuk mencapai kesepakatan.

Hal itu dikarenakan Israel menolak berkomitmen untuk menarik diri sepenuhnya dari Gaza dalam tahap kedua kesepakatan tersebut.

Pejabat tersebut mengatakan Israel juga bersikeras mempertahankan pasukannya di koridor Philadelphia dan memiliki kendali penuh atas koridor Netzarim.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan Mesir memberi tahu Amerika Serikat dan Israel bahwa mereka tidak akan membuka kembali penyeberangan Rafah ke Gaza.

Penyebrangan itu merupakan titik masuk penting bagi bantuan kemanusiaan, tanpa penarikan penuh pasukan Israel dari sisi Palestina dan dari koridor Philadelphia — tempat Israel ingin mencegah Hamas mengisi kembali persenjataannya melalui terowongan penyelundupan.

Kedua pejabat Mesir berbicara dengan syarat anonim untuk membahas negosiasi tersebut.

Para mediator dijadwalkan bertemu pada hari Kamis dan Jumat di Kairo untuk membahas lebih lanjut proposal tersebut sebelum menyerahkannya secara resmi kepada Hamas.

Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden mengingatkan pentingnya pertemuan para mediator di Kairo kepada Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

"Presiden membahas perundingan mendatang di Kairo untuk menyingkirkan hambatan yang masih ada," ungkap pihak Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.

Para negosiator yang telah berjuang selama berbulan-bulan untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata berencana untuk bertemu dalam beberapa hari mendatang di Kairo.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan mediator dari Mesir dan Qatar telah menaruh harapan pada proposal gencatan senjata yang bertujuan untuk mempersempit kesenjangan antara kedua belah pihak dalam perang Gaza yang telah berlangsung selama 10 bulan.

Selain itu, Biden juga menekankan kepada Netanyahu tentang kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata di Gaza untuk para sandera.

"Presiden juga menekankan urgensi penyelesaian gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera," imbuh pihak Gedung Putih dalam pernyataan yang sama.

Pada Jumat (16/8/2024), Biden mengaku optimis akan tercapainya kesepakatan itu setelah dia berbicara melalui telepon dengan emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al Thani, dan Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi, yang negaranya merupakan lawan bicara utama dengan Hamas.

Namun, pada Selasa (20/8/2024), Biden tampak lebih tenang tentang prospek kedua belah pihak untuk segera mencapai kesepakatan.

Ia mengatakan kepada wartawan setelah menyampaikan pidato di konvensi Demokrat bahwa Hamas kini mundur, tetapi AS akan terus mendesak untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Selanjutnya, dalam pernyataan yang sama, Gedung Putih juga mengatakan, Biden dan Netanyahu juga membahas upaya AS untuk mendukung Israel.

Mereka berencana akan melawan semua ancaman dari Iran, termasuk kelompok teroris proksinya Hamas, Hizbullah, dan Houthi, termasuk mengerahkan militer defensif AS yang sedang berlangsung.

Seruan itu muncul setelah Blinken bertemu dengan para pejabat di Israel, Mesir, dan Qatar dan menjelang putaran pembicaraan baru di Kairo akhir minggu ini.

"Ini adalah momen yang menentukan, mungkin yang terbaik, mungkin kesempatan terakhir untuk membawa para sandera pulang, untuk mencapai gencatan senjata, dan untuk menempatkan semua orang di jalur yang lebih baik menuju perdamaian dan keamanan yang langgeng," ujar Blinken.

(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)

Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini