TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah melakukan pidato pertamanya setelah Lebanon melancarkan serangan balasan ke wilayah Israel.
Seperti yang diketahui, Hizbullah melancarkan serangan besar-besaran ke arah pangkalan militer Israel dekat Tel Aviv, Minggu (25/8/2024) pagi waktu setempat.
Dalam serangan Hizbullah itu, Israel terlihat kelabakan dengan mengerahkan 100 jet lebih untuk menggagalkan serangan lebih lanjut.
Dalam pidatonya Minggu sore waktu setempat, Nasrallah mengatakan operasi militer Hizbullah yang bernama "Operasi Hari Arbain" tersebut telah menghukum pasukan Zionis akibat perang di Gaza.
Nasrallah juga menyinggung alasan mengapa Hizbullah menunda serangan balasan tersebut di dalam pidatonya.
"Penundaan operasi ini disebabkan oleh mobilisasi Amerika dan Israel, dan penundaan ini juga merupakan bentuk hukuman bagi musuh," kata Nasrallah, dikutip dari Al Manar.
Penundaan serangan, lanjut Nasrallah, juga memiliki tujuanuntuk memberikan waktu yang cukup bagi negosiasi gencatan senjata yang tengah berlangsung.
Nasrallah mengatakan, pihaknya bersikeras untuk melakukan serangan tanpa melukai warga sipil dan menghancurkan infrastruktur Israel.
Namun, katanya, operasi militer yang dilakukan Hizbullah hanya menargetkan pangkalan militer Israel.
"Kami telah menetapkan pedoman untuk respon kami," ucap Nasrallah.
"Kami memastikan bahwa targetnya bukan warga sipil atau infrastruktur musuh, melainkan lokasi militer yang terkait langsung dengan operasi pembunuhan tersebut," terangnya.
Baca juga: Israel Umumkan Nama Tentara yang Tewas dalam Serangan Hizbullah, Namanya David Moshe Ben Shitrit
Nasrallah menyebut, pangkalan militer Galilot merupakan target utama di Operasi Hari Arbain ini.
Pangkalan militer Galilot merupakan kawasan militer yang berjarak 110 km dari perbatasan Lebanon dan 1,5 km dari perbatasan Tel Aviv.
"Pangkalan ini menampung Unit 8200, yang mengkhususkan diri dalam pengumpulan intelijen, penyadapan, dan spionase," ungkap Nasrallah.
"Rencananya adalah meluncurkan 300 roket Katyusha dan menyebarkannya ke berbagai lokasi."
"Jumlah ini dianggap cukup untuk melumpuhkan Iron Dome dan rudal pencegatnya selama beberapa menit, sehingga drone dapat melanjutkan perjalanan," katanya lagi.
Netanyahu Ngamuk Diserang Hizbullah
Menanggapi serangan bertubi-tubi dari Hizbullah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ngamuk.
Bahkan, Netanyahu telah mengerahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk melakukan serangan yang lebih kuat.
"Hizbullah mencoba menyerang Negara Israel dengan roket dan pesawat nirawak pada pagi hari. Kami menginstruksikan IDF untuk melakukan serangan pendahuluan yang kuat guna menyingkirkan ancaman tersebut," kata Netanyahu, dikutip dari The Jerusalem Post.
Baca juga: Israel Umumkan Satu Tentara Angkatan Laut Israel Tewas, Dua Lainnya Terluka Saat Serangan Hizbullah
Netanyahu mengklaim bahwa IDF telah menghancurkan ribuan roket jarak pendek yang diluncurkan oleh Hizbullah.
Dalam pidatonya itu, Netanyahu menuduh Hizbullah telah menargetkan warga sipil di Galilea.
"IDF menghancurkan ribuan roket jarak pendek, dan semuanya ditujukan untuk melukai warga negara dan pasukan kami di Galilea," ungkap Netanyahu.
Ia menegaskan bahwa ini "bukan akhir dari cerita."
"Nasrallah di Beirut dan Khamenei di Teheran harus tahu bahwa ini adalah langkah selanjutnya dalam upaya mengubah situasi di Utara, dan memulangkan penduduk kami dengan selamat ke rumah mereka," ucap Netanyahu.
(Tribunnews.com/Whiesa)