TRIBUNNEWS.COM - Australia akan membatasi jumlah pendaftaran mahasiswa internasional untuk mengendalikan rekor migrasi.
Hal tersebut diumumkan oleh pemerintah Australia, Selasa (27/8/2024) yang akan membatasi jumlah pendaftaran mahasiswa asing di angka 270.000 untuk tahun depan.
Menurut Menteri Pendidikan, Jason Clare, jumlah pendaftar di universitas negeri akan dikurangi menjadi 145.000.
Sedangkan universitas swasta dan penyelenggara pendidikan tinggi nonuniversitas akan dapat menerima 30.000 mahasiswa internasional baru.
Sementara untuk lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan akan dibatasi hingga 95.000 mahasiswa internasional.
Di samping itu, Jason Clare mengatakan jika mahasiswa internasional di Australia meningkat sebanyak 10 persen.
"Saat ini ada sekitar 10 persen lebih banyak mahasiswa internasional di universitas kita dibanding sebelum pandemi," jelas Jason Clare dalam konferensi pers, dilansir Reuters.
Lebih lanjut, ia mengujarkan terdapat kenaikan sebanyak 50 persen pada penyedia pelatihan dan kejuruan swasta.
Maka dari itu, selama pandemi, pendidikan tinggi terpukul keras saat Australia memulangkan mahasiswa asing dan memberlakukan kontrol perbatasan ketat.
"Mahasiswa sudah kembali, tetapi begitu juga para pekerja kasar yang memanfaatkan industri ini untuk memperoleh uang dengan cepat," katanya.
Menurut BBC, sebelumnya pemerintah Australia menuduh beberapa penyedia melakukan perilaku 'tidak etis'.
Baca juga: Beasiswa LPDP Jenjang S2 di Australia, Usia 42 Tahun Bisa Daftar, Tidak Ada Seleksi Bakat Skolastik
Perilaku tersebut termasuk menerima siswa yang tidak memiliki keterampilan bahasa atau menerima orang yang berniat bekerja alih-alih belajar.
Oleh karenanya, pemerintah telah mengumumkan persyaratan Bahasa Inggris yang lebih ketat bagi mahasiswa internasional.
Pemerintah pun melakukan pengawasan ketat terhadap orang-orang yang mengajukan visa belajar kedua.
Sementara itu, Universitas Australia mengatakan kebijakan tersebut akan memberikan hambatan pada sektor pendidikan.
Pimpinan Universitas Australia, Profesor David Lloyd mengajukan keberatan dalam pernyataannya.
"Hal ini (pengendalian migrasi) tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan satu sektor saja," tulis David Lloyd, dilansir Reuters.
Bahkan ia mengatakan jika sektor pendidikan di Australia merupakan sektor yang penting secara ekonomi.
Hal tersebut berkaitan dengan nilai pendidikan internasional Australia yang mencapai angka USD 24,7 miliar pada 2022-2023.
Sebagai informasi tambahan, Australia memiliki pasar pelajar internasional terbesar di dunia.
Menurut angka pemerintah pada awal 2024, sekitar 717.500 pelajar internasional yang berada di Australia.
Di sisi lain, rencana pembatasan tersebut adalah upaya untuk mengatasi rekor tingkat migrasi di Australia.
Tingkat migrasi di Australia berkaitan dengan lonjakan harga sewa rumah dan persoalan infrastuktur.
Pada 30 September 2023, migrasi bersih di Australia mencapai rekor tertinggi.
Angka imigrasi pada saat itu melonjak hingga 60 persen dengan sebanyak 548.000 mahasiswa asing dari India, Tiongkok, dan Filipina.
(mg/Ananta Arabella Andhika Putri)
Penulis merupakan peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).