TRIBUNNEWS.COM - Michael Koubi, mantan anggota terkemuka Badan Keamanan Israel (Shin Bet) dan salah satu penyelidik yang menyelidiki Yahya Sinwar di pusat penahanan Israel, mengungkapkan rincian baru tentang gaya hidup pemimpin gerakan Hamas tersebut.
"Selama bulan-bulan pertama perang, badan intelijen Israel dan Amerika mampu memantau beberapa panggilan telepon dan mempelajari gaya hidup Yahya Sinwar," kata Michael Koubi dalam wawancara dengan Maariv yang dirilis Rabu (28/8/2024).
“Menurut laporan New York Times, pejabat intelijen dan militer Israel mengklaim bahwa Sinwar ditemukan di jaringan terowongan di bawah Kota Gaza, tempat dia bersembunyi bersama keluarganya selama penyerbuan salah satu terowongan, IDF tentara menemukan klip video yang diambil beberapa hari sebelumnya,” lanjutnya.
Video tersebut menunjukkan Yahya Sinwar dan keluarganya melarikan diri ke tempat persembunyian lain, yang juga terletak di bawah Kota Gaza.
Para pejabat intelijen Israel percaya Yahya Sinwar tetap berada di bawah tanah bersama keluarganya setidaknya selama enam bulan pertama perang.
Laporan New York Times mengatakan Yahya Sinwar terus menggunakan telepon seluler satelit, yang tersedia baginya berkat jaringan seluler yang dipasang di terowongan.
Dengan jaringan itu, Yahya Sinwar berbicara dari waktu ke waktu dengan pejabat senior Hamas di Doha, dan percakapan ini dipantau oleh agen mata-mata Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat (AS), namun mereka tidak dapat menentukan lokasi tepatnya.
“Selama periode ini, badan intelijen dapat memperoleh gambaran sekilas tentang kehidupan rahasianya, termasuk kecanduannya menonton media dan siaran berita Israel,” kata Michael Koubi.
“Yahya Sinwar berada di bawah tanah, dekat dengan anggota keluarga setianya yang membentuk tembok di sekelilingnya dan juga bertindak sebagai pembawa pesan," lanjutnya.
"Tidak ada keraguan bahwa Sinwar mendengarkan media dan saluran televisi Israel, dan belajar banyak dari siarannya, dan dengan demikian memperoleh dan mengekstraksi informasi intelijen, dan ketika dia melihat perbedaan, dia tentu saja senang," tambahnya.
Mantan anggota Shin Bet itu yakin Yahya Sinwar menguasai bahasa Ibrani dengan baik.
Baca juga: Israel Gunakan Radar Penembus Tanah untuk Lacak Yahya Sinwar di Terowongan Gaza
“Yahya Al-Sinwar menguasai bahasa Ibrani dengan baik. Dia mendengarkan radio dan menonton televisi, dan dengan demikian dia menerima dan meneliti laporan media Israel dan memverifikasi informasi yang dia terima," katanya.
Menurutnya, laporan media Israel memberinya dapat membantunya untuk menentukan langkah selanjutnya di medan perang, kemudian Yahya Sinwar memberikan perintah kepada orang-orang terdekatnya.
“Yahya Sinwar mengandalkan loyalis terdekatnya untuk berkomunikasi dengan pejabat senior Hamas, termasuk mereka yang berada di Qatar. Qatar bertindak sebagai mediator antara Israel dan anggota Hamas yang ditempatkan di Qatar, dan isi pembicaraan tersebut sampai ke Yahya Sinwar melalui utusannya," katanya.
“Keputusannya diserahkan antara utusan dan anggota keluarga yang setia, jadi perlu dua atau tiga hari sebelum kami dapat menerima jawaban negatif darinya mengenai kesepakatan tersebut,” lanjutnya.
Dengan analisisnya tersebut, ia berpendapat Yahya Sinwar tetap terisolasi secara fisik, namun tetap berhubungan dengan segala sesuatu yang terjadi di lapangan.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.534 jiwa dan 93.778 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (29/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 109 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel