Pejabat pertahanan AS kepada CNN mengatakan bahwa masalah kembali terjadi karena Rusia telah memindahkan aset-aset yang menjadi 'sasaran mahal' Ukraina ke wilayah yang tak terjangkau ATACSM dari perbatasan.
Seperti diketahui, rudal ATACSM memiliki jangkauan sejauh 186 mil atau 300 kilometer.
"AS menegaskan bahwa Kiev tidak boleh mengharapkan pengiriman ATACMS dalam jumlah besar lagi karena jumlah terbatas dalam inventaris AS dan waktu produksi senjata yang lama," kata sumber dikutip dari CNN.
Pejabat tersebut mencatat bahwa sejauh ini Ukraina telah menerima pasokan rudal ini dalam jumlah yang sangat "terbatas".
Pemerintah AS saat ini menarik garis batas pada serangan mendalam ke Rusia setelah salah satu roket ATACMS-nya, yang dipersenjatai dengan hulu ledak cluster, menghantam pantai Krimea pada awal Juni.
Pada Selasa lalu juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder mengatakan bahwa keutusan AS tidak berubah.
“Kebijakan kami tidak berubah,” kata Ryder.
Menurutnya, AS membolehkan Ukraina menggunakan senjata tersebut sepanjang untuk membela diri, namun dilarang menembakkan jauh ke wilayah Rusia.
Pembatasan tersebut diberlakukan untuk memungkinkan AS dan sekutunya mengklaim bahwa mereka tidak terlibat langsung dalam konflik dengan Rusia, namun tetap mengirimkan senjata, amunisi, peralatan, dan uang tunai senilai miliaran dolar kepada Kiev.
AS telah melonggarkan kebijakannya dari serangkaian pembatasan awal, yang hanya mengizinkan Kiev untuk menyerang wilayah Rusia yang diklaim Ukraina sebagai miliknya – dari Krimea hingga Zaporozhye, Kherson, dan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
Serangan Drone Ukraina
Selama ini Ukraina telah melakukan serangan-serangan ke wilayah Rusia dengan rudal buatan Inggris dan Prancis, sayangnya rudal-rudal tersebut jumlahnya tidak banyak dan mudah dideteksi sehingga sering tak menemui sasarannya.
Sementara drone-drone Ukraina juga sering melintas hingga 1.000 kilometer dari perbatasan.
Terkini, Rusia mengklaim telah menembak drone serang yang menuju Moskow, ibu kota Rusia.
Wali Kota Moskow Sergey Sobyanin mengatakan hal tersebut dalam postingan di telegram.