News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Tak Terima Diprotes: Mogok Kerja Massal di Israel akan Untungkan Yahya Sinwar

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pimpinan Hamas, Yahya Sinwar dan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. --- Netanyahu sebut aksi mogok kerja massal di Israel hanya akan memberikan keuntungan pada pemimpin Hamas, Yahya Sinwar.

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan komentar pertamanya setelah serikat buruh Histadrut menyerukan mogok kerja massal pada Senin (2/9/2024).

Aksi ini muncul sebagai protes terhadap Netanyahu atas penemuan enam mayat sandera Israel di terowongan di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Sabtu (31/8/2024).

Protes tersebut mendesak Netanyahu agar menyetujui perjanjian gencatan senjata dengan gerakan Hamas yang masih menahan sejumlah orang di Jalur Gaza.

Sementara itu, Netanyahu mengatakan aksi mogok kerja di Israel akan memberikan keuntungan kepada Hamas.

"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pemogokan di Israel mewakili dukungan untuk (Kepala Biro Politik Hamas) Yahya Sinwar," menurut laporan Channel12 Israel, Senin.

Mogok Kerja Massal di Israel

Pemogokan ini dimulai pada hari ini pukul 06.00 pagi waktu setempat dan diakhiri pada 18.00 petang waktu setempat.

Sebelumnya Ketua Histadrut, Arnon Bar-David, mengumumkan Bandara Ben Gurion juga ditutup mulai pukul 8 pagi waktu setempat, sebagai bagian dari aksi ini.

"Ada kemungkinan bahwa pemogokan akan berlanjut besok, dan mungkin sektor lain akan berpartisipasi di dalamnya," kata Kepala departemen media Histadrut, Yaniv Levy kepada Radio 103FM, Senin.

"Jika pengadilan memutuskan untuk menghentikan pemogokan, kami akan melakukannya, (tapi) ini bukan tembakan terakhir," lanjutnya.

Setidaknya, perusahaan industri besar di Israel dan pengusaha di sektor teknologi maju juga berpartisipasi dalam aksi ini.

Baca juga: Di Tengah Mogok Massal, Keluarga Tawanan Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan dengan Hamas

Aksi yang dipelopori Histadrut juga didukung oleh Asosiasi Produsen Israel.

"Tanpa kembalinya para sandera, kita tidak akan bisa mengakhiri perang, kita tidak akan bisa merehabilitasi diri kita sendiri sebagai masyarakat dan perekonomian Israel," kata Ron Tomer, ketua Asosiasi Produsen Israel, Senin.

"Kita terpecah belah dan di sinilah langkah untuk menyatukan masyarakat Israel," lanjutnya.

Ia menekan pemerintah Israel agar berbuat lebih banyak untuk memulangkan para sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.

“Pemerintah harus memastikan bahwa mereka melakukan segalanya untuk mengembalikan para sandera secepat mungkin, bahkan dalam batas gencatan senjata terbatas, dan saya menyerukan semua perusahaan di Israel untuk mengambil tindakan untuk mewujudkan hal ini," ujarnya.

Pada Sabtu pekan lalu, militer Israel mengumumkan penemuan enam mayat sandera di dalam terowongan di Rafah, Jalur Gaza selatan.

Militer Israel mengungkap identitas enam mayat tersebut adalah Alex Lobanov, Eden Yerushalmi, Almog Sarusi, Sersan Kepala Ori Danino, Hersh Goldberg-Polin, dan Carmel Gat, seperti diberitakan BBC.

Ribuan pengunjuk rasa mengangkat bendera dan plakat di sekitar peti mati simbolis yang mewakili enam sandera Israel yang jasadnya ditemukan dari Jalur Gaza, selama unjuk rasa antipemerintah yang menyerukan pembebasan tawanan yang ditahan oleh militan Palestina di Gaza sejak Oktober, di Tel Aviv pada 1 September 2024. - Keluarga sandera Israel telah menyerukan pemogokan umum nasional yang dimulai pada malam 1 September untuk memaksa pemerintah mencapai kesepakatan guna mengamankan pembebasan tawanan yang masih ditahan di Gaza. (Photo by JACK GUEZ / AFP) (AFP/JACK GUEZ)

Pengadilan Perburuhan Israel Minta Masyarakat Hentikan Aksi Mogok Kerja

Pengadilan Perburuhan Israel di Tel Aviv hari ini memerintahkan penghentian pemogokan umum yang sebelumnya diserukan oleh serikat buruh Histadrut.

“Kami mengeluarkan perintah di tingkat nasional untuk mencegah pemogokan yang diumumkan, dan menetapkan bahwa pemogokan harus dihentikan hari ini pada pukul 14.30 waktu setempat," kata pengadilan tersebut dalam sebuah pernyataan, Senin.

Keputusan pengadilan tersebut diambil atas permintaan Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich, seperti diberitakan Aawsat.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.738 jiwa dan 94.154 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (2/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Quds.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 109 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini