TRIBUNNEWS.COM - Iran menegaskan akan membalas Israel atas kematian petinggi Hamas Ismail Haniyeh.
Walaupun pembalasan tersebut memerlukan waktu, namun para pejabat tinggi Iran menyebut hal itu pasti akan terjadi.
Pada Rabu (4/8/2024), perwira operasi Pasukan Quds, sebuah divisi dari Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), menyatakan bahwa tanggapan Iran terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh lebih dari sebulan yang lalu di Teheran akan menjadi rencana yang unik.
Yakni dengan waktu dan metode yang dirahasiakan, mengutip Palestine Chronicle.
Pejabat tersebut mencatat bahwa pembalasan Iran akan bergantung pada keadaan yang menguntungkan untuk mencapai tujuannya.
Dan bahwa tanggapan ini dapat ditunda sampai kondisi yang sesuai terpenuhi.
Para pejabat Iran telah berulang kali menekankan bahwa meskipun respons terhadap pembunuhan Haniyeh mungkin memerlukan waktu, hal ini pasti akan terjadi.
Sementara itu Amerika Serikat (AS), dalam beberapa pekan terakhir, mengerahkan pasukan angkatan laut, termasuk kapal induk, untuk mengantisipasi potensi serangan Iran.
Iran menganggap Israel bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, kepala biro politik Hamas, di kediamannya di Teheran, dengan penyelidikan yang mengonfirmasi bahwa tidak ada pengkhianatan internal yang terlibat.
Pada bulan April, pasukan Iran meluncurkan ratusan rudal dan drone yang menargetkan Israel sebagai pembalasan atas serangan terhadap konsulatnya di Damaskus dan kematian penasihat militer Iran.
Update Korban di Gaza
Baca juga: Angkatan Bersenjata Yaman Melakukan Latihan Simulasi Serangan Terhadap Target-target Milik Israel
Tentara Israel membunuh 42 warga Palestina lagi dalam serangan di Jalur Gaza.
Hingga kini jumlah korban tewas keseluruhan di Gaza menjadi 40.861 orang, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Rabu (4/8/2024).
Pernyataan kementerian menambahkan bahwa sekitar 94.398 orang lainnya terluka dalam serangan yang sedang berlangsung, mengutip Anadolu Agency.
“Pasukan Israel membunuh 42 orang dan melukai 107 lainnya dalam tiga ‘pembantaian’ keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata kementerian itu.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Hampir 11 bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)