Israel Mengubah Hebron Menjadi Penjara Besar
TRIBUNNEWS.COM- Penghalang dan pos pemeriksaan Israel telah mengubah Hebron menjadi 'penjara besar'.
'Zionis Israel berusaha menekan warga Palestina agar memaksa mereka keluar, tetapi kami tidak akan pergi,' kata petani Palestina.
Militer Israel telah mengubah kota Hebron dan kota-kota terdekat di wilayah selatan Tepi Barat yang diduduki menjadi sesuatu yang menyerupai “penjara besar” dengan memutus akses melalui pos pemeriksaan militer dan gerbang besi, kata warga Palestina.
Tindakan keras ini dilakukan setelah seorang pria bersenjata Palestina menewaskan tiga warga Israel di dekat Hebron pada hari Minggu dan menyusul pemboman ganda di pemukiman Gush Etzion.
Hal ini terjadi saat Israel melanjutkan serangannya yang menghancurkan terhadap Gaza dan mengintensifkan serangan di Tepi Barat yang diduduki.
Palestina mencatat bahwa militer Israel telah mengembalikan Hebron ke kondisi yang mirip dengan Intifada Kedua pada tahun 2000, dengan semua jalan dan pintu masuk ke kota-kota di Tepi Barat sekarang diblokir.
Di pintu masuk utara Hebron, yang dikenal sebagai Ras al Jura, seorang koresponden Anadolu mengamati bahwa gerbang logam telah didirikan, yang memaksa warga Palestina untuk berjalan kaki, dan menambahkan bahwa tim medis sekarang tidak dapat mengangkut pasien melalui jalan-jalan ini, sehingga memerlukan pemindahan antar kendaraan di pos pemeriksaan.
Hebron dianggap sebagai provinsi terbesar di Tepi Barat yang diduduki berdasarkan wilayah dan pusat utama perdagangan dan industri.
Hukuman kolektif
Taysir Abu Sneineh, walikota Hebron, mengatakan kepada Anadolu bahwa "tentara Israel telah mengubah kota itu menjadi sesuatu yang mirip dengan penjara besar dan menerapkan kebijakan hukuman kolektif".
"Semua pintu masuk kota ditutup dengan barikade dan gerbang militer, dan ini terjadi di sebagian besar kota di provinsi tersebut," kata Abu Sneineh, yang menggambarkan tindakan Israel sebagai "hukuman kolektif yang terutama memengaruhi warga biasa," seraya mencatat gangguan parah pada kehidupan sehari-hari, dengan pasar yang hampir kosong dan perdagangan serta transportasi terhenti.
"Kami tidak lagi dapat menyediakan layanan penting seperti pengumpulan sampah karena penutupan ini," imbuhnya, seraya menekankan bahwa "Hebron adalah pusat komersial dan ekonomi, dan penutupan ini, yang kini telah memasuki hari keempat, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.”
Abu Sneineh juga mengkritik situasi di mana "para pemukim bertindak tanpa hukuman, menghancurkan dan membunuh di bawah perlindungan tentara, yang terus memberikan tekanan pada penduduk".
“Orang-orang ingin hidup dengan hak-hak mereka secara aman dan terlindungi; mencabut hak-hak tersebut dapat menyebabkan ledakan."