TRIBUNNEWS.COM - Kepala Divisi Intelijen Polisi Israel, Dror Assaraf, belum lama ini mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri.
Media Israel melaporkan, pengumuman yang ia sampaikan pada hari Rabu (4/9/2024) kemarin, Al Mayadeen melaporkan.
"Assaraf, yang telah bertugas selama 35 tahun, akan mengundurkan diri," lapor saluran Israel KAN.
Pengunduran diri Assaraf menyusul pengajuan pengunduran diri Komandan Polisi Distrik Utara Shuki Tahauko setelah dua tahun menjabat.
KAN menyoroti, setidaknya enam perwira senior polisi Israel telah mengundurkan diri sejak awal tahun.
Kepergian Assaraf menjadikannya perwira polisi berpangkat tinggi ketiga yang mengundurkan diri sejak Danny Levy, yang didukung oleh Menteri Kepolisian Israel Itamar Ben-Gvir, diangkat sebagai kepala polisi Juli lalu.
Jerusalem Post melaporkan bahwa Ben-Gvir—yang mengawasi sistem penjara dan polisi—telah menghalangi promosi beberapa petugas, termasuk Assaraf.
Awal tahun ini, media Israel menyoroti kekhawatiran dari Mahkamah Agung Israel mengenai undang-undang yang disahkan pada Desember 2022, yang memberi Ben-Gvir kewenangan yang lebih luas atas sistem kepolisian.
Surat kabar Israel Maariv mencatat, pengangkatan setiap komisaris polisi baru disertai serangkaian pengunduran diri.
Laporan tersebut, menunjukkan bahwa beberapa petugas, karena takut tidak akan dipromosikan, memilih mengundurkan diri, sementara yang lain diberitahu bahwa mereka harus pensiun.
Baca juga: Populer Internasional: Buldoser Israel Tak Ampuh Atasi Jebakan - 4 Drone Rusia Nyasar ke Belarus
Gelombang pengunduran diri
Kepergian Assaraf terjadi sebagai bagian dari gelombang pengunduran diri baru-baru ini dalam lembaga keamanan dan militer Israel.
Komandan Pasukan Darat Militer Israel, Mayor Jenderal Tamir Yadai, mengundurkan diri karena "alasan pribadi", situs web berita Israel Walla melaporkan pada hari Selasa (3/9/2024).
Selain itu, Walla menyebutkan bahwa Yossi Sariel, yang menjabat sebagai Kepala Unit 8200 militer Israel dan arsitek Kecerdasan Buatan (AI) militer mereka, Brigadir Jenderal Yossi Sariel, diperkirakan akan mengundurkan diri, beberapa minggu setelah unit tersebut menjadi sasaran Hizbullah pada akhir Agustus.
Dalam konteks yang sama, Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kepala Intelijen Divisi Gaza militer Israel juga berencana untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Pada bulan April, Aharon Haliva, kepala direktorat intelijen militer, mengundurkan diri setelah gagal mencegah Operasi Banjir al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober.
Kepala Shin Bet Ronen Bar juga telah mengindikasikan niatnya untuk mengundurkan diri karena alasan yang sama setelah perang berakhir.
Pada hari Rabu, Yedioth menyebutkan bahwa Kepala Staf Israel Herzi Halevi juga telah mengambil tanggung jawab atas peristiwa 7 Oktober, yang menunjukkan bahwa ia diperkirakan akan mengundurkan diri dalam beberapa bulan mendatang.
Ringkasan perkembangan terkini perang Israel-Hamas
- Pasukan Israel terus membombardir Gaza, menewaskan dan melukai beberapa orang di zona kemanusiaan al-Mawasi, saat pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelesaikan tahap pertama kampanye vaksinasi polio di pusat Deir el-Balah.
- Operasi militer Israel di Tepi Barat yang diduduki memasuki minggu kedua, dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyerukan militer untuk menggunakan “kekuatan penuh” untuk “menghapus” kelompok bersenjata Palestina di sana.
- Gubernur Jenin di Tepi Barat menuduh pasukan Israel mencegah pengiriman makanan dan air ke keluarga yang terkepung di kota Jenin dan kamp pengungsiannya, dan mengusir yang lain dari rumah mereka dengan todongan senjata.
- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali poin utama yang menjadi perdebatan dalam negosiasi gencatan senjata, yakni tetap mempertahankan kehadiran militer Israel di Koridor Philadelphia antara Gaza selatan dan Mesir.
- Israel dan Hizbullah terus saling tembak, dengan serangan Israel yang menewaskan seorang wanita dan melukai lima lainnya di Lebanon selatan.
- Dewan Keamanan PBB (DK PBB) bersidang setelah militer Israel menemukan jenazah enam tawanan dari Gaza.
Utusan Palestina untuk PBB mendesak diakhirinya apartheid Israel, pembunuhan di luar hukum, dan pembersihan etnis terhadap warga Palestina, sementara utusan Israel meminta DK PBB untuk mengutuk Hamas.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)