TRIBUNNEWS.COM - Risiko penyebaran polio di Gaza dan sekitarnya masih tinggi.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Regional Badan Anak-anak PBB (UNICEF) untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Adele Khodr.
Adele Khodr mengatakan, jeda kemanusiaan khusus wilayah harus terus dilakukan untuk melaksanakan dua fase tersisa dari kampanye vaksinasi.
Menurutnya, kampanye vaksinasi polio di Gaza merupakan yang paling berbahaya.
“Ini adalah salah satu kampanye vaksinasi yang paling berbahaya dan sulit di dunia,” ujarnya, Rabu (4/9/2024), dilansir Al Jazeera.
Ia menyebut, kampanye tiga hari yang baru saja berakhir ini merupakan "titik terang yang langka" bagi daerah kantong pesisir tersebut.
"Setelah hampir setahun keluarga mengalami kengerian yang tidak seharusnya dialami oleh pria, wanita, atau anak-anak, minggu ini kita melihat apa yang dapat dicapai dengan kemauan sederhana," jelas Adele Khodr.
Kampanye Vaksinasi Polio di Gaza Melampaui Target
UNICEF mengatakan kampanye vaksinasi polio di Gaza telah menjangkau 189.000 anak.
Jumlah itu melampaui target dan memberikan “titik terang yang langka” di tengah perang yang berlangsung hampir 11 bulan.
Pada Rabu, UNICEF mengatakan, lebih dari 500 tim dikerahkan di seluruh Gaza tengah pada pekan ini, memberikan vaksin kepada anak-anak di bawah usia 10 tahun.
Baca juga: Itamar Ben Gvir Serukan Israel Berhenti Memasok Air dan Listrik ke Gaza
Diberitakan AP News, Israel dan Hamas melakukan jeda terbatas dalam pertempuran untuk memfasilitasi operasi tersebut.
Badan-badan PBB sekarang berharap untuk memperluas operasi tersebut ke wilayah utara dan selatan yang paling parah dilanda perang.
Mereka berharap untuk memvaksinasi total 640.000 anak.
Kampanye ini diluncurkan setelah Gaza melaporkan kasus polio pertama dalam 25 tahun — seorang anak laki-laki berusia 10 bulan, yang kini lumpuh di kaki.