Studi oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menunjukkan bahwa sekitar 75 persen dari pelaku penembakan di sekolah memperoleh senjata mereka dari rumah sendiri.
Untuk diketahui, Sergio Caldera (17), sebagai saksi, menggambarkan momen mencekam ketika ia mendengar suara tembakan saat sedang berada di kelas kimia.
"Guru saya membuka pintu, dan guru lain berlari masuk, menyuruh kami menutup pintu karena ada penembak aktif," tuturnya.
Saat para siswa dan guru berkerumun di dalam kelas, suara ketukan keras dan teriakan untuk membuka pintu terdengar, diikuti oleh lebih banyak suara tembakan dan jeritan.
Kelas mereka kemudian dievakuasi ke lapangan sepak bola sekolah.
(mg/Saifuddin Herlanda Abid)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)