TRIBUNNEWS.COM – Sebuah gedung apartemen di Kota Nahariya, Israel, dihantam drone atau pesawat nirawak yang diluncurkan kelompok Hizbullah pada Senin (9/9/2024).
Pesawat itu dilaporkan mengenai lantai 14. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan Hizbullah mengirim pesawat kedua, tetapi bisa ditangkis.
Shahar Toledano, penghuni apartemen yang diserang drone, menyampaikan kesaksiannya.
“Saat itu saya sedang duduk bersama dengan agen asuransi saya, dan tiba-tiba terdengar sirine,” ujar Toledano dikutip dari Yedioth Ahronoth.
Serangan itu terjadi setelah muncul sirine di kota itu dan sekelilingnya. Serangan tersebut juga terjadi setelah serangan Israel ke Suriah dan Lebanon selatan.
Warga Israel kecewa sekali
Pemukiman di Nahariya awalnya adalah lahan pertanian di Israel utara. Nahariya hanya berjarak 6 mil dari perbatasan Israel-Lebanon.
Dalam beberapa tahun, ratusan warga Israel berpindah ke sana dan menyewa apartemen.
Akan tetapi, sekarang warga di sana mulai menghadapi serangan Hizbullah yang diluncurkan dari Lebanon.
Tidak ada laporan korban jiwa maupun korban luka dalam serangan terbaru Hizbullah. Namun, serangan itu membuat dua apartemen di sana tidak bisa ditinggali.
The Times of Israel melaporkan bahwa serangan itu menimbulkan dampak lain pada warga Nahariya, yakni munculnya ketakutan bahwa Hizbullah mulai menargetkan kota mereka.
Baca juga: Direcoki Hizbullah dan Ditelantarkan, Warga Israel Utara Mengamuk: Netanyahu Lempar Kami ke Anjing
Nahariya masih beruntung jika dibandingkan dengan Kiryat Shmona dan kota-kota lain di Israel utara yang hampir tiap hari menghadapi serangan Hizbullah selama 11 bulan belakangan.
Hizbullah melancarkan serangan-serangan itu sebagai bentuk dukungan kepada Gaza yang kini diinvasi Israel. Dilaporkan sudah ada 26 warga sipil dan 20 tentara Israel yang tewas.
Semenjak serangan itu dilancarkan, warga di Nahariya merasa ditelantarkan oleh pemerintah Israel.
“Kami merasa pemerintah meninggalkan kami dan hanya membiarkan perang terus berlanjut,” kata Tal Masad yang juga tinggal di gedung apartemen yang diserang Hizbullah.
Masad yang merupakan anggota kibbutz Ruth menyebut serangan itu hanya menghancurkan kamar mandi.
Dia mengatakan para anggota kibbutz akan menggelar rapat setelah serangan itu.
“Kami harus mengatasinya sendiri,” kata Masad ketika ditanya tentang rencana kibbutz untuk membantu warga di sana.
Alina Avshalom, salah satu warga yang tinggal di dekat gedung yang diserang Hizbullah, mengungkapkan kekhawatiran yang melanda warga di sana.
“Tidak semua orang terbiasa menghadapi situasi ini,” ujar Avshalom.
“Semua warga di Israel utara cemas.”
Avshalom berujar siswa sekolah diperintahkan mengungsi ke tempat perlindungan ketika alarm peringatan berbunyi.
“Mustahil membawa banyak anak ke lantai bawah dalam 15 detik.”
Bersiap hadapi Perang Lebanon Ketiga
Sementara itu, Direktur Pusat Kesehatan Galilea, Prof. Masad Barhoum, menyebut pihaknya mengoperasikan semua fasilitas kesehatan di bawah tanah atau tempat yang terlindungi.
Baca juga: Israel Rampungkan Persiapan Invasi ke Lebanon, Netanyahu Perintahkan Perangi Hizbullah Habis-habisan
Kata Barhoum, rumah sakitnya kini bersiap menghadapi “Perang Lebanon Ketiga”.
Saat perang Lebanon Kedua tahun 2006, Hizbullah menembakkan hampir 4.000 roket ke Israel.
Barhoum mengklaim rumah sakit itu sudah siap menghadapi perang selanjutnya.
Dr. Maron Haj, seorang dokter bedah di di RS itu, mengungkapkan rasa frustrasinya.
“Kami tidak bisa hidup di sini,” katanya.
Dia mengklaim tidak ada seorang pun dari pemerintah yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka atau membantu mereka.
Menurut Haj, para anggota kibbutz di sana bukanlah politikus.
“Dalam hal ketakutan, tak penting apakah kalian di sayap kanan atau kiri. Warga ingin hidup aman dan tidak takut.”
(Tribunnews/Febri)