TRIBUNNEWS.COM - Sikap Amerika Serikat (AS) dan Inggris berbeda dengan Belanda terhadap Ukraina yang ingin secara bebas menyerang sekuat tenaga Rusia.
AS dan Inggris diketahui masih berunding dengan berbagai pertimbangan.
Sementara, Belanda tak mau repot-repot memberikan izin sepenuhnya kepada Ukraina untuk menyerang Rusia.
Sikap AS dan Inggris kabarnya ditentukan pada tanggal 13 September, Presiden AS Joe Biden akan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer untuk membahas pemberian izin kepada pasukan pertahanan Ukraina untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia.
Hal ini berdasarkan pernyataan Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, saat konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Inggris David Lemmy, seperti dilansir European Pravda.
Menurut Blinken, Biden akan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris pada hari Jumat dan membahas pemberian izin kepada Ukraina untuk melakukan serangan jarak jauh di wilayah Rusia.
Selama konferensi tersebut, Blinken mengungkapkan, Iran telah menyerahkan rudal balistik ke Rusia untuk digunakan di Ukraina, yang mengharuskan sanksi lebih lanjut terhadap Teheran. Ia juga menyatakan, ia dan Lemmy akan mengunjungi Kyiv bersama-sama pada hari Rabu.
Sebelumnya, dalam beberapa minggu terakhir, Kyiv meminta agar izin diperluas ke target-target yang jauh di dalam wilayah Rusia, terutama lapangan udara tempat jet tempur yang membawa rudal jarak jauh ditempatkan, yang saat ini tidak dapat diserang oleh Ukraina.
Sebagai tanggapan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegaskan, tidak ada senjata tunggal, termasuk rudal jarak jauh, yang akan mengubah gelombang invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Belanda Serukan Tancap Gas
Dalam wawancara dengan Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ) yang diterbitkan pada 9 September 2024, Menteri Pertahanan Belanda Ruben Brekelmans mengatakan, Belanda telah mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata yang dipasok Belanda.
Baca juga: Ukraina Pamer Jet Tempur Su-27 Dilengkapi Rudal Amerika, Fitur Canggih Hancurkan Stasiun Radar
Termasuk penggunaan jet tempur F-16, untuk menyerang target militer jauh di dalam wilayah Rusia, seperti dikutip dari euromaidanpress.
Ukraina meningkatkan upayanya untuk mendapatkan izin dari mitra Barat untuk melakukan serangan mendalam di dalam wilayah Rusia dengan menggunakan senjata yang dipasok Barat setelah invasi Rusia ke Kharkiv Oblast utara awal tahun ini.
AS telah mengizinkan penggunaan roket GMLRS jarak pendek untuk serangan di dalam wilayah Rusia tetapi tidak untuk rudal ATACMS jarak jauh.
Saat ini, Jerman masih ragu untuk mentransfer rudal Taurus ke Ukraina, sementara Inggris, Prancis, dan AS memasok Storm Shadow/Scalp dan ATACMS tetapi tetap mempertahankan pembatasan serangan di dalam wilayah Rusia.
Belanda tidak memasok rudal jarak jauh ke Ukraina, tetapi jet tempur F-16 yang dipasok Belanda berpotensi membawa rudal jelajah, seperti JASSM, yang saat ini tidak dipasok ke Ukraina.
Ketika ditanya apakah Ukraina dapat menggunakan senjata yang dipasok Belanda untuk serangan mendalam di dalam Rusia, Brekelmans berkata,
“Ukraina diizinkan menggunakan senjata kami di wilayah Rusia untuk mempertahankan diri sesuai dengan hukum internasional. Kyiv memiliki hak untuk membela diri. Dan jika negara itu diserang dari daerah perbatasan atau dari lapangan udara Rusia, maka Ukraina dapat membidik sasaran militer. Hal yang sama berlaku untuk rudal musuh – rudal ini juga dapat dicegat dengan senjata kami di atas Rusia.”
Ketika ditanya apakah Amsterdam telah memberlakukan pembatasan jangkauan, menteri tersebut menjelaskan, hukum internasional tidak dibatasi oleh jarak:
“Hak untuk membela diri tidak berhenti 100 kilometer dari perbatasan,” jelas Brekelmans.
Menteri Pertahanan Belanda juga menegaskan, kebijakan yang sama berlaku untuk jet tempur F-16 yang dipasok Belanda.
"Kami percaya bahwa mereka akan menggunakan jet tempur sesuai dengan hukum internasional. Dan sejauh ini, mereka telah melakukannya," katanya, menyiratkan bahwa Ukraina tidak menggunakan jet tempur untuk menyerang sasaran sipil.
Menteri Belanda menolak memberikan rincian operasional tentang penggunaan F-16 saat ini oleh Ukraina, dengan alasan masalah keamanan.
Namun, ia menyebutkan, pengiriman rudal udara-ke-udara dan suku cadang F-16 berikutnya akan segera dikirimkan.
Menteri tersebut mengatakan, Belanda mendorong sekutu lain untuk mencabut pembatasan penggunaan senjata.
Ia menyarankan, jika negara-negara tidak mau mencabut semua pembatasan, mereka setidaknya dapat membuat pengecualian untuk serangan terhadap pangkalan udara militer Rusia atau jet tempur di tengah meningkatnya serangan udara Rusia, termasuk serangan bom luncur.
Brekelmans menekankan pentingnya mengizinkan Ukraina untuk mempertahankan diri terhadap serangan Rusia, khususnya menyoroti ancaman bom luncur yang diluncurkan dari jet tempur.
“Entah kita terima bahwa Moskow dapat melaksanakan serangan bom luncur tanpa gangguan, atau kita biarkan Kyiv mempertahankan dirinya.”
(Tribunnews.com/ Chrysnha)