Puluhan Militer Israel Tewas dalam Serangan Hizbullah Terhadap Markas Besar Unit 8200 Israel
TRIBUNNEWS.COM- Puluhan orang Israel tewas dalam serangan Hizbullah terhadap markas besar Unit 8200 Israel, kata sebuah Laporan.
Laporan ini bertepatan dengan pengunduran diri komandan Unit 8200, Brigadir Jenderal Yossi Sariel.
Serangan balasan Hizbullah terhadap dua lokasi militer dan intelijen Israel pada akhir Agustus mengakibatkan puluhan korban, sumber keamanan Eropa mengatakan kepada Al Mayadeen pada 12 September.
Operasi Arbaeen (Hari Keempat Puluh), sebagaimana dijuluki oleh perlawanan Lebanon, menargetkan pangkalan Glilot – markas besar Unit 8200 Israel – dan pangkalan udara Ein Shemer.
Operasi tersebut “cukup berhasil … dengan jumlah korban tewas mencapai 22 orang dan 74 anggota terluka,” kata Al Mayadeen mengutip sumber-sumber Eropa.
“Informasi yang kami peroleh dari Palestina yang diduduki dan dari sumber-sumber di luar Palestina telah menguatkan, sejalan dengan, dan mengonfirmasi apa yang dilaporkan Al-Mayadeen ,” kata juru bicara Hizbullah Ibrahim al-Moussawi.
Laporan itu bertepatan dengan berita pengunduran diri Brigadir Jenderal Yossi Sariel, komandan Unit 8200.
“Pada tanggal 7 Oktober pukul 06.29 WIB, saya tidak melaksanakan tugas sebagaimana yang saya harapkan dari diri saya sendiri, sebagaimana yang diharapkan oleh para komandan dan bawahan saya, dan sebagaimana yang diharapkan oleh warga negara yang sangat saya cintai,” kata Sariel, seraya menambahkan bahwa ia akan “menyerahkan tongkat estafet kepada shift berikutnya.”
Militer Israel mengumumkan Sariel akan mengundurkan diri “dalam periode mendatang.”
Pengunduran diri itu terjadi 11 bulan setelah perang genosida Israel di Jalur Gaza.
Menurut media berita berbahasa Ibrani Channel 12, Sariel menolak gagasan pengunduran diri pada bulan Juli – bulan sebelum Operasi Hari Keempat Puluh Hezbollah – dengan mengatakan bahwa tindakan seperti itu akan dianggap sebagai "kepengecutan."
Berita bahwa Sariel berencana mengundurkan diri awalnya muncul pada awal September dan muncul ketika beberapa orang lain bersiap mengundurkan diri, termasuk kepala unit intelijen polisi Israel dan komandan pasukan darat tentara Israel.
Operasi Hizbullah merupakan balasan atas tewasnya komandan tertinggi Fuad Shukr di Beirut.