TRIBUNNEWS.COM -- Tentara Rusia lambat laun sampai di Pokrovsk, benteng strategis gudang logistik militer Ukraina di Donetsk bagian barat.
Pasukan infanteri Rusia disebut telah masuk ke pintu Pokrovsk pada Kamis (12/9/2024).
Namun kedatangan mereka disambut dengan letupan senjata Ukraina yang melakukan perlawanan mempertahankan posisi mereka di kota itu.
Baca juga: Kapal Berisi 20.000 Ton Bahan Peledak dari Rusia Terlihat di Dekat Pangkalan NATO di Norwegia
Militer Ukraina telah bersiap untuk pertempuran perkotaan di Pokrovsk, mendirikan pos-pos pertahanan beton di beberapa sisi jalan.
Serangan Rusia selama sekitar 10 hari terakhir terkonsentrasi di daerah pedesaan di selatan kota, tetapi Pokrovsk tetap berisiko.
Ukraina telah menghentikan kereta evakuasi harian dari kota tersebut, sebagai tanda lebih lanjut dari keamanan yang memburuk di sana.
Juru bicara Garda Nasional Ukraina, Ruslan Muzychuk, dikutip dari Ukrainaka Pravda, Jumat (13/9/2024) mengatakan, hingga berita ini dibuat pasukannya terus melakukan perlawanan.
Muzychuk mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, unit Garda Nasional Ukraina telah melumpuhkan musuh yang mencoba menyusup ke pemukiman Ukraina dan melakukan aksi sabotase dan pengintaian.
"Setelah mendeteksi mereka terlebih dahulu, tentara dari Garda Nasional menyergap dan membunuh mereka. Ada beberapa pertempuran dalam jarak yang cukup dekat dan hanya senjata ringan yang digunakan," ujarnya.
Baca juga: Produsen Mobil China Sangat Disarankan Tidak Inves di India, Rusia dan Turki, Ini Alasannya
Disebutkannya peperangan terbesar terjadi di garis depan Kurakhove dan Pokrovsk di Oblast Donetsk.
"Meskipun mengalami kerugian besar, Rusia terus berusaha melakukan aksi penyerangan, mengerahkan kelompok infanteri. Sejumlah besar personel dikerahkan untuk membantu menciptakan kepadatan tinggi di area ofensif," ujarnya.
Di front Pokrovsk, Garda Nasional mengklaim telah menghancurkan tiga kendaraan tempur infanteri, satu sistem roket peluncur ganda Grad, dan satu sistem antipesawat Strila-1 empat lapis baja dan dua tank Rusia.
Sementara The New York Times mengungkapkan bahwa pasukan sabotase Rusia di Pokrovsk telah menghancurkan sejumlah bangunan penting.
"Mereka memutuskan pasokan air dan menghancurkan jalan layang utama di kantong perkotaan yang suram karena telah kekurangan gas dan listrik," kata administrator militer kota, Serhiy Dobryak,
NYT mengabarkan, kota Pokrovsk bakal mengalami nasib buruk serupa yang dialami oleh kota-kota lain di wilayah Donbas timur, seperti Sievierodonetsk dan Bakhmut, karena mereka berada dalam jangkauan artileri atau roket Rusia yang menghantam infrastruktur utama.
Di kota-kota tersebut, lampu padam, keran air mengering dan sebagian besar orang kaya mengungsi, meninggalkan sejumlah kecil warga, banyak dari mereka adalah orang tua yang berlindung di ruang bawah tanah karena penembakan yang sering terjadi menghancurkan bangunan di sekitar mereka.
Mereka yang masih tinggal di Pokrovsk kini bergantung pada air dari sumur yang digali di dekat blok apartemen, menurut warga. Saat ini, sebagian besar kota tidak memiliki gas alam atau listrik.
"Situasinya mengerikan dan tidak akan membaik dalam waktu dekat," kata Vadym Filashkin, kepala administrasi militer Ukraina untuk wilayah Donetsk, dalam sebuah posting di aplikasi perpesanan Telegram tentang hilangnya air di Pokrovsk. "Meninggalkan kota adalah satu-satunya pilihan cerdas," tambahnya.