TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui infrastuktur energi negerinya kini telah hancur-hancuran.
Setidaknya kini hanya ada sebanyak 20 persen saja yang masih bisa diaktifkan.
Fasilitas-fasilitas energi tersebut hancur jadi puing-puing akibat masifnya serangan yang dilakukan oleh Angkatan Udara Rusia.
Baca juga: Rusia Tembak Jatuh Tiga Jet Tempur Ukraina, Dua Su-27 dan Satu MiG-29 Hancur Dirudal Moskow
Ia mengakui, setiap bulannya militer Moskow meluncurkan setidaknya 4.000 bom luncur berpemandu.
Bom dengan daya ledak tinggi ini menurut Zelensky menghancurkan bukan hanya infrastruktur energi saja, tetapi gedung-gedung sipil.
"Bom-bom berpemandu ini menghancurkan 80 persen infrastruktur energi kami," kata Zelensky dalam pidatonya,Minggu (15/9/2024) malam dikutip dari Ukrinform.
Ia mengungkapkan bahwa bom luncur berpemandu yang beratnya bisa mencapai 3 ton tersebut dibawa oleh jet-jet tempur Su-34 dan Su-35 yang juga meluncurkan rudal berpresisi tinggi untuk menghancurkan Ukraina.
Zelensky menghiba kepada Amerika Serikat agar diberi izin untuk menghancurkan Rusia dengan rudal-rudal sumbangan mereka Barat.
Zelensky mengungkapkan bahwa negaranya telahlama menunggu izin tersebut yang juga belum diberikan.
"Sekarang Moskow telah mulai memindahkan jet-jetnya dari pangkalan-pangkalan yang berjarak 100 atau 150 kilometer ke 300-500 kilometer. Setelah itu, saya akan memberi tahu Anda bahwa sekarang kami membutuhkan lebih banyak izin," katanya.
Baca juga: Spesifikasi Jet MiG-29, Bakal Dikirim Polandia ke Ukraina, Berani Duel Lawan Sukhoi dan MiG-29 Rusia
Zelensky mengakui bahwa AS hingga saat ini tidak memberikan izin militernya menembak jauh ke dalam wilayah Rusia.
Koordinator Dewan Keamanan Nasional untuk Komunikasi Strategis AS, John Kirby mengatakan bahwa larangan menembakkan rudak jarak jauh AS ke Rusia belum berubah.
"Tidak ada perubahan pada pandangan kami tentang penyediaan kemampuan serangan jarak jauh bagi Ukraina untuk digunakan di dalam Rusia. Saya tidak mengharapkan pengumuman besar apa pun dalam hal itu," katanya.
Kirby mengatakan bahwa AS menganggap serius ancaman Putin, 'jika Ukraina meluncurkan rudal jarak jauh buatan Barat ke Rusia, ia akan menganggap Barat terlibat langsung dalam perang tersebut'.
"Tidak ada perubahan pada pandangan kami tentang penyediaan kemampuan serangan jarak jauh bagi Ukraina untuk digunakan di dalam Rusia. Saya tidak mengharapkan pengumuman besar apa pun dalam hal itu," katanya dikuti dari Reuters.
Bahkan saat dua pemimpin negara pendukung berat Ukraina bertemua, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Jumat lalu disebut-sebut sama sekali tidak membahas mengenai perizinan serang Rusia tersebut.