News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Megawati Kunjungi St.Petersburg University, Bahas Pendirian Kampus, Energi Nuklir dan Bioteknologi

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri bersama Rektor St.Petersburg University Prof. Nikolay Kropachev di kantor Rektor Universitas St. Petersburg, Rusia, pada Senin (16/9/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Indonesia dan Rusia berpeluang mendirikan kampus bersama di bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi. 

Tim Rusia melalui St.Petersburg University (SPBU) serta dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) segera membahas detil teknis kerja sama tersebut.

Hal itu terungkap di dalam pembicaraan delegasi Indonesia yang dipimpin Megawati Soekarnoputri, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dengan delegasi SPBU Rusia dipimpin Rektor Prof. Nikolay Kropachev di kantor Rektor Universitas St. Petersburg, pada Senin (16/9/2024).

“Terima kasih banyak sudah mampir. Hari ini hari yang agung dan luar biasa bagi kami. Saya tentu saja mendengar soal ibu dan rekam jejak ibu memperkuat kemampuan Indonesia, Ibu Mega terkenal kokoh dan teguh melindungi kepentingan negara dan bangsa Indonesia,” kata Nikolay.

Rektor Nikolay lalu memberi penjelasan panjang tentang rekam jejak kampus tertua di Rusia itu. 

Dia juga menjelaskan berbagai kerja sama yang sudah dilakukan kampu tersebut dengan berbagai negara di dunia.

Menurutnya, St.Petersburg University sudah mendirikan kampus perwakilan di setidaknya 10 negara seperti China, Korea Selatan, Italia, Spanyol, dan Serbia. Bahkan sampai membuka cabang di negara seperti China dan Uzbekistan.

“Kami sangat senang bila ada kesempatan membuka perwakilan atau cabang di Indonesia,” ujar Nikolay.

Menurutnya, ada 500-an program studi yang dikover oleh kampus, dan kerja sama bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan Indonesia.

Satu hal lagi, pihak St.Petersburg University mendorong agar kerja sama pendidikan juga melibatkan pelaku ekonomi diantara dua negara. Ia mencontohkan, dengan Azerbaijan, kerja sama pembangunan kampus bersama juga didukung oleh pebisnis migas Rusia dan Azerbaijan.

“Satu contoh lagi, di Mesir, sesuai keinginan Mesir, kami buka kedokteran dan IT. Pengajaran dua bahasa yakni Inggris dan Arab, di masa depan kami rencanakan mengajar dengan bahasa Arab saja,” kata Nikolay.

Dia juga mengakui bahwa keinginan mereka membuka kampus bersama di Indonesia, adalah sejalan dengan perintah Presiden Rusia, Vladimir Putin.

“Presiden Putin memberikan perintah, kita harus melihat ke Timur. Bagi kami itu petunjuk,” ungkap Nikolay.

Menanggapi hal itu, Megawati lalu menjelaskan dirinya hadir juga sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, dengan 8000-an lebih peneliti Indonesia yang berpengalaman. 

Presiden Kelima RI itu lalu memperkenalkan delegasi yang hadir bersamanya.

“Saya ingin mengenalkan anggota rombongan saya supaya nanti bisa menindaklanjuti perbincangan kerja sama diantara kita,” kata Megawati.

Dia memperkenalkan Bambang Kesowo, yang disebut Megawati sebagai merupakan doktor bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual. Lalu Amarulla Octavian, merupakan mantan Rektor Universitas Pertahanan di Indonesia.

“Keduanya dari BRIN,” kata Megawati.

Lalu memperkenalkan Rila Agristina dari BPIP; Rokhmin Dahuri dari PDIP; dan Ahmad Basarah yang merupakan pimpinan MPR RI.

“Lalu ini menteri pemberdayaan anak dan perempuan, Bintang Puspayoga. Saya ingin tahu bagaimana Rusia menata dan mendidik perempuan dan terutama anak-anak. Dan kalau bicara pariwisata dia adalah orang Bali,” kata Megawati.

Bagi Megawati, pembicaraan lebih mendalam perlu dilakukan sehingga niatan baik bisa terlaksana. Yang jelas, dia ingin agar kerja sama itu sejalan dengan 12 suborganisasi di dalam BRIN. 

“Indonesia butuh dibantu dalam proses untuk ilmu-ilmu dasar. Seperti nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi. Tentunya itu harus lebih didetilkan dari Universitas Petersburg apa saja, dari kami apa saja. Yang harus kita padukan, karena perbedaan paling besar antara Rusia dan Indonesia, Rusia adalah kontinen dan Indonesia adalah archipelago atau negara kelautan,” beber Megawati.

Baca juga: Megawati Ajak Ilmuwan Rusia-Indonesia Teliti Gunung Api Bawah Laut, Singgung Letusan Krakatau 1883

Prof.Nikolay lalu mengatakan bahwa mereka siap untuk membahas lebih lanjut tentang kerjasama diantara kedua pihak.

“Semua hal yang ibu sebutkan tadi sangat menarik bagi kami. Dan semua jurusan kerja sama yang disebutkan, itu bidang yang terkenal di kampus kami. Dan kami punya banyak penelitian dan kami siap bekerja sama. Baik muklir, perlindungan lingkungan, sampai pemberdayaan perempuan,” jelas Nikolay.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini