Setelah Intifada kedua pada tahun 2000, pemerintah Israel mengubah kebijakan pembunuhan terhadap musuh-musuhnya.
Namun, tentara Israel tidak mengumpulkan informasi intelijen pada tahun-tahun setelah penarikan diri dari Lebanon pada Mei 2000 untuk mengalahkan Nasrallah.
Tak lama setelah penarikan diri, tepatnya pada bulan November 2000, Hizbullah menculik 3 tentara Israel di Peternakan Shebaa.
Pada saat itu, Israel tidak tertarik untuk melakukan serangan apa pun dan kebijakan pemerintah Israel saat itu adalah menjaga stabilitas di perbatasannya dengan Lebanon.
Israel Terlambat, Hassan Nasrallah Telah Bersembunyi
Ronan Cohen mengatakan Israel terlambat untuk menggulingkan Hassan Nasrallah dari kepemimpinan Hizbullah karena Sekjen tersebut telah bersembunyi di tempat yang aman.
"Ketika ingin menggulingkannya pada awal Perang Lebanon Kedua, Israel sudah terlambat dan Nasrallah berada di bawah tanah, dan aparat keamanan (Israel) meraba-raba dalam kegelapan," katanya.
“Selama periode itu, banyak upaya dilakukan untuk memahami lokasi persis Nasrallah dalam jaringan terowongan di Beirut. Diasumsikan bahwa tempat tersebut bukanlah terowongan kecil, melainkan sebuah tempat besar yang mencakup ruang komando dan kendali dan mencakup wilayah yang sangat luas," lanjutnya.
Setelah itu, tentara Israel mulai menginvestasikan sumber daya yang sangat besar dalam upaya untuk menemukan dan melenyapkan Hassan Nasrallah.
Pada hari kedelapan Perang Lebanon Kedua, tentara Israel menjatuhkan 23 ton bahan peledak di tempat persembunyian Hizbullah di Beirut, namun Nasrallah berhasil diselamatkan.
Dua serangan besar yang dijatuhkan ke pinggiran selatan Beirut pada saat itu gagal menembus kawasan yang diduga menjadi tempat persembunyiannya.
Israel disebut terlambat membentuk tim khusus pada saat itu dan berasumsi Hassan Nasrallah tetap berada di tempat persembunyiannya untuk waktu yang lama.
Hizbullah kembali terlibat pertempuran dengan Israel setelah bergabung dengan perlawanan Palestina sejak 8 Oktober 2023.
Israel baru-baru ini membunuh 16 anggota pasukan Radwan Hizbullah yang berpartisipasi dalam serangan terhadap militer Israel di perbatasan.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.