TRIBUNNEWS.COM -- Rusia dan Iran dikabarkan sedang membicarakan penyediaan rudal jelajah antikapal P-800 Oniks (Yakhont), menurut Reuters, mengutip sumber-sumber Barat dan regional.
Negosiasi dilaporkan telah dimulai di bawah mantan Presiden Iran Ibrahim Raisi, yang meninggal pada bulan Mei.
Sumber-sumber Reuters mengklaim perwakilan Rusia dan Houthi telah bertemu di Teheran dua kali tahun ini, dengan lebih banyak pertemuan diharapkan segera. Namun, Rusia belum membuat keputusan akhir tentang transfer rudal,
Baca juga: Pemimpin Hamas Ucapkan Selamat atas Serangan Rudal Houthi yang Capai Israel Tengah
Rudal P-800 Oniks, dengan jangkauan 300 kilometer, dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan Houthi untuk menargetkan kapal-kapal komersial dan mengancam kapal-kapal perang AS dan Eropa di Laut Merah.
Para ahli memperingatkan bahwa rudal-rudal ini dapat memungkinkan Houthi untuk menyerang kapal-kapal dengan akurasi yang lebih tinggi, meningkatkan risiko terhadap lalu lintas maritim internasional.
Rusia sebelumnya telah memasok rudal serupa ke Hizbullah, dan beberapa orang percaya bahwa transfer potensial ini terkait dengan diskusi Barat tentang mengizinkan Ukraina untuk menargetkan jauh di dalam Rusia dengan senjata jarak jauh.
Juru bicara Houthi Yaman Mohamed Abdel-Salam membantah mengetahui negosiasi tersebut saat ditanyai oleh wartawan.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan pada bulan Juni bahwa Rusia akan menanggapi pengiriman senjata jarak jauh Barat ke Ukraina dengan memasok senjata serupa ke wilayah-wilayah yang rentan terhadap kepentingan Barat.