News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Pemimpin Houthi Nyatakan Dukungan untuk Hizbullah, Sebut Serangan Darat Israel di Lebanon Akan Gagal

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Ansarullah Yaman, Sayyed Abdul Malik al-Houthi.

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Houthi Yaman, Abdul Malik al-Houthi, memperingatkan bahwa setiap operasi darat Israel ke Lebanon akan gagal.

Dalam pidato yang disiarkan Kamis (26/9/2024) di TV Al-Masirah, al-Houthi mengatakan bahwa ia tidak akan ragu untuk mendukung Lebanon dan Hizbullah.

Pemimpin tersebut mengecam serangan besar-besaran Israel baru-baru ini di Lebanon, menuduh mereka sengaja menargetkan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, serta rumah-rumah.

"Kebodohan musuh di Lebanon akan menyebabkan kerugian besar dalam perjalanan menuju kehancuran terakhirnya," kata al-Houthi, mengutip The New Arab.

Rudal Ditembakkan dari Yaman ke Israel

Ancaman al-Houthi nampaknya bukan sekadar kata-kata saja.

Pada Jumat (27/9/2024) dini hari, sebuah rudal ditembakkan dari Yaman ke wilayah Israel, memicu sirene.

Namun, militer Israel mengatakan mereka berhasil mencegat rudal tersebut, lapor Reuters.

Sebuah proyektil terlihat di langit Israel pada 27 September 2024 dini hari.

"Setelah sirene berbunyi di Israel tengah, rudal permukaan-ke-permukaan yang diluncurkan dari Yaman dicegat oleh pencegat 'Arrow' di luar wilayah Israel," kata militer dalam sebuah pernyataan.

"Saat ini tidak ada perubahan pada pedoman Pertahanan IDF."

Militan Houthi Yaman telah berulang kali menembakkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel.

Aksi itu disebutnya sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina yang diserang Israel.

Baca juga: Pemimpin Ansarallah Houthi Memuji Hizbullah Sebagai Front Pendukung Terkuat

Pada bulan Juli, Houthi menembakkan pesawat nirawak ke Tel Aviv untuk pertama kalinya, menewaskan seorang pria dan melukai empat orang.

Mengenal Houthi

Mengutip Reuters dan wilsoncenter.org, berikut penjelasan mengenai kelompok Houthi dan mengapa mereka bergabung dalam perang Israel-Hamas-Hizbullah.

Houthi adalah sebuah gerakan Syiah Zaidi yang memerangi pemerintah Yaman, yang mayoritas Sunni, sejak tahun 2004.

Houthi kemudian mengambil alih Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman pada 2016.

Para pejabat pemerintah Yaman dan negara-negara Sunni telah berulang kali menuduh bahwa Iran dan kaki tangannya, Hizbullah, telah memberikan senjata, pelatihan, dan dukungan keuangan kepada Houthi.

Namun, para pejabat Iran dan Hizbullah membantah atau meremehkan klaim tersebut.

Sebagai bagian dari “Poros Perlawanan” yang didukung oleh Iran, Houthi telah mendukung Palestina sejak Hamas menyerang Israel.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree menyalahkan Israel atas ketidakstabilan di Timur Tengah, dan mengatakan bahwa lingkaran konflik di wilayah tersebut diperluas karena kejahatan yang terus berlanjut.

Kelompok Houthi akan terus melancarkan serangan sampai agresi Israel berhenti, ujarnya pada awal-awal perang.

700 Orang di Lebanon Tewas dalam Seminggu

Sementara itu, lebih dari 700 orang di Lebanon tewas  akibat serangan Israel minggu ini.

Pada Jumat (27/9/2024) pagi, 9 orang dari keluarga yang sama tewas dalam serangan Israel di kota perbatasan Lebanon, Shebaa. 

Setidaknya empat korban adalah anak-anak, menurut walikota setempat, sebagaimana dikutip Reuters.

Serangan yang semakin intensif telah memicu sejumlah besar warga Lebanon melarikan diri dari kota dan desa mereka, dan mencari perlindungan di tempat lain di negara itu dan di negara-negara tetangga.

Organisasi Internasional untuk Migrasi memperkirakan pada Kamis bahwa lebih dari 200.000 orang telah mengungsi di Lebanon sejak Oktober, ketika Hizbullah dan Israel mulai saling tembak lintas perbatasan di tengah perang di Gaza.

Baca juga: Menlu Abbas Araghchi: Iran Tidak Akan Acuh Tak Acuh Melihat Perang Skala Penuh di Lebanon

Sementara itu, Israel menolak desakan sekutu untuk gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak usulan gencatan senjata itu, dan justru memerintahkan militer untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini