TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Hizbullah Lebanon mengonfirmasi bahwa pemimpinnya dan salah satu pendirinya, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel di Beirut pada Jumat (27/9/2024).
Militer Israel sebelumnya mengatakan telah melakukan serangan udara tepat pada hari Jumat saat para pemimpin Hizbullah bertemu di markas mereka di Dahiyeh, selatan Beirut.
Hassan Nasrallah, yang memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade, sejauh ini merupakan target paling kuat yang akan dibunuh oleh Israel dalam beberapa minggu pertempuran intensif dengan Hizbullah.
"Nasrallah telah bergabung dengan para martir lainnya," kata sebuah pernyataan Hizbullah pada Sabtu (28/9/2024), dilansir AP News.
Hizbullah lalu bersumpah untuk “melanjutkan perang suci melawan musuh dan mendukung Palestina.”
Hamas Sampaikan Belasungkawa
Kelompok militan Palestina, Hamas, dalam sebuah pernyataan menyampaikan belasungkawa kepada sekutunya, Hizbullah.
Nasrallah diketahui sering menggambarkan peluncuran roket ke Israel utara sebagai "front dukungan" bagi Hamas dan warga Palestina di Gaza.
“Sejarah telah membuktikan bahwa perlawanan setiap kali pemimpinnya gugur sebagai martir, akan digantikan di jalan yang sama oleh generasi pemimpin yang lebih berani, lebih kuat dan lebih bertekad untuk melanjutkan konfrontasi,” kata pernyataan Hamas, Sabtu.
“Pembunuhan hanya akan meningkatkan perlawanan di Lebanon dan Palestina dalam tekad dan tekad," tambah Hamas.
6 Orang Tewas
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan enam orang tewas dan 91 orang terluka dalam serangan di Beirut pada hari Jumat, yang menghancurkan enam gedung apartemen.
Baca juga: Operasi Serangan Israel yang Diklaim Tewaskan Hassan Nasrallah Diberi Nama Orde Baru
Ali Karki, komandan Front Selatan Hizbullah, dan komandan Hizbullah lainnya juga tewas dalam serangan itu, kata militer Israel.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, mengatakan serangan udara itu didasarkan pada pelacakan Nasrallah selama bertahun-tahun bersama dengan “informasi waktu nyata” yang membuatnya layak dilakukan.
Namun, Shoshani menolak mengatakan amunisi apa yang digunakan dalam serangan itu atau memberikan perkiraan jumlah korban sipil.
Ia hanya mengatakan bahwa Israel mengambil tindakan untuk menghindari warga sipil sebisa mungkin dan menyetujui serangan terlebih dahulu dengan bantuan ahli intelijen dan hukum.