TRIBUNNEWS.COM - Calon wakil presiden (Cawapres) dari Partai Demokrat Tim Walz dan lawannnya, Cawapres Partai Republik JD Vance, beradu gagasan selama dalam debat yang berlangsung pada Selasa (1/10/2024) kemarin di CBS Broadcast Center di New York.
Walz mempertanyakan kecocokan Calon Presiden (Capres) Donald Trump untuk menduduki jabatan tersebut pada awal debat cawapres.
Pasangan Kamala Harris di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) itu menyatakan, Trump terlalu tidak stabil untuk dipercaya pada saat krisis di Timur Tengah.
Lawannya, JD Vance, menanggapi dengan menegaskan, Trump telah membuat dunia lebih aman selama masa jabatannya.
Ketika ditanya apakah ia akan mendukung serangan pendahuluan terhadap Iran oleh Israel, Vance menyatakan akan tunduk pada penilaian Israel. Sementara Walz tidak menjawab pertanyaan tersebut secara langsung.
Sebaliknya, Walz beralih mengkritik Trump karena membatalkan kesepakatan nuklir Iran.
"Iran lebih dekat ke senjata nuklir karena kepemimpinan Donald Trump yang tidak menentu," katanya.
Walz (60) sebelumnya adalah gubernur liberal Minnesota dan mantan guru sekolah menengah, dan Vance (40) penulis buku terlaris dan senator AS konservatif terkemuka dari Ohio.
Keduanya menggambarkan diri mereka sebagai dua putra dari jantung Amerika Midwest dengan pandangan yang sangat berlawanan tentang isu-isu yang melanda negara tersebut.
Walz menyebut lawan-lawannya dari Partai Republik sebagai orang yang "aneh".
Sementara Vance dikecam atas komentar-komentarnya di masa lalu yang meremehkan sejumlah Demokrat sebagai "wanita-wanita pecinta kucing yang tidak punya anak."
Baca juga: Tim Walz Resmi Jadi Cawapres Kamala Harris
Trump Ogah Nyapres Lagi Kalau Kalah
Sebelumnya diberitakan, capres dari Partai Republik, Donald Trump mengaku enggan nyapres lagi jika tahun ini kalah dari Kamala Harris.
Trump dengan tegas mengatakan tak akan lagi maju dalam Pemilu 2028, apabila Harris menang dalam pemilihan presiden tahun ini.
Pesan ini disampaikan oleh Trump dalam sebuah wawancara pada Minggu (22/9/2024), CNN melaporkan.