TRIBUNNEWS.COM, TEHRAN - Garda Revolusi Iran mengancam akan melancarkan “serangan telak” terhadap musuh bebuyutan Israel jika Israel membalas serangan rudal balistik yang dilancarkan Iran ke negara Yahudi tersebut pada Selasa, 1 Oktober 2024 kemarin.
“Jika rezim Zionis bereaksi terhadap operasi Iran, mereka akan menghadapi serangan yang menghancurkan,” kata Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita Fars, Rabu, 2 Oktober 2024.
IRGC mengatakan serangan itu “sesuai dengan Piagam PBB”. Menurut IRGC, pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran oleh agen Israel pada akhir Juli merupakan serangan terhadap kedaulatan Iran.
Pasukan Iran menembakkan ratusan rudal yang menargetkan pusat komersial Israel Tel Aviv, Selasa kemarin.
Amerika Serikat sebelumnya telah memperingatkan akan adanya serangan rudal balistik Iran terhadap Israel, dan mengatakan hal itu akan menimbulkan konsekuensi yang “parah” bagi Teheran.
Media Iran memuat rekaman online tentang apa yang mereka katakan sebagai rudal yang ditembakkan ke Israel.
Televisi pemerintah memutarkan musik yang ceria ketika penyiar berita tersebut berbicara tentang “rakyat Iran yang pemberani”.
Serangan tanggal 1 Oktober ini adalah yang kedua yang dilakukan Iran terhadap Israel dalam enam bulan terakhir, setelah serangan rudal dan drone pada bulan April sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang mematikan terhadap konsulat Iran di Damaskus.
Hampir semua rudal dan drone yang ditembakkan dalam serangan itu berhasil dicegat oleh Israel atau sekutunya.
Serangan Israel di Beirut pada 27 September menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang kelompok militan Lebanonnya telah dipersenjatai dan dibiayai oleh Iran selama bertahun-tahun.
Nasrallah terbunuh bersama Jenderal Abbas Nilforoushan, komandan utama Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC.
Iran bersumpah bahwa pembunuhan Nilforoushan “tidak akan dibiarkan begitu saja”.
Pada Sidang Umum PBB bulan September di New York, Presiden Masoud Pezeshkian menuduh Israel melakukan penghasutan perang sementara Iran menahan diri.
Dia berpendapat bahwa Teheran telah menahan pembalasan atas pembunuhan Haniyeh, karena khawatir hal itu akan menggagalkan upaya gencatan senjata yang didukung AS dalam perang Gaza.