Apa yang Akan Dilakukan Israel Terhadap Jasad Yahya Sinwar? Begini Hasil Autopsi Pemimpin Hamas
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat Israel yang dikutip oleh media Ibrani mengungkapkan apa yang akan dilakukan Pendudukan Israel terhadap jenazah pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Pejabat itu mengatakan kepada "The Times of Israel" kalau mereka berencana untuk menggunakan jasad Sinwar sebagai "alat tawar-menawar lain" dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas di Gaza.
“Kami akan menggunakan berbagai cara untuk menekan Hamas, baik secara militer maupun diplomatik,” kata pejabat itu.
Baca juga: Video Detik-Detik Kematian Yahya Sinwar Adalah Blunder Israel, Beginilah Cara Seorang Pahlawan Gugur
Ikat Luka di Tangan Pakai Kabel
Sebelumnya, direktur lembaga forensik nasional Israel, Dr. Chen Kugel, mengungkapkan rincian baru tentang kematian Sinwar minggu lalu.
Kugel, dalam sebuah wawancara dengan New York Times, mengatakan kalau Yahya Sinwar terbunuh dengan luka tembak di kepala.
Ia menambahkan, pecahan peluru, baik dari rudal atau peluru tank, mengenai lengan Sinwar.
Luka ini mengakibatkan pendarahan yang ia coba atasi dengan mengikatkan kabel listrik di sekelilingnya, seperti yang terlihat dalam foto-foto yang dipublikasikan.
Sinwar berjuang hingga akhir hanyatnya, terpaksa menggunakan tangan kiri bahkan untuk menghalau drone tempur Israel yang mendekat.
Jasad Sinwar diambil oleh Pendudukan Israel setelah jarinya dipotong, yang mereka ambil untuk melakukan analisis DNA.
Hamas Rahasiakan Pengganti Sinwar
Sumber di gerakan Hamas mengatakan ada diskusi di dalam gerakan tersebut tentang menyembunyikan identitas kepala biro politik barunya setelah Israel membunuh Kepala Biro Politiknya, Yahya Sinwar, di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Rabu (16/10/2024).
Keputusan untuk menyembunyikan nama pemimpin baru tersebut karena meningkatnya risiko keamanan.
“Pimpinan kemungkinan besar merahasiakan identitas tersebut demi alasan keamanan,” kata salah satu sumber, seperti diberitakan ANHA, pada Senin (20/10/2024).
Langkah ini juga bertujuan untuk memberi panglima baru lebih banyak kebebasan dalam beroperasi dan menghindari upaya pembunuhan Israel, yang telah menargetkan banyak pemimpin Hamas.