TRIBUNNEWS.COM - Tentara Israel yang menolak untuk melanjutkan tugas di Gaza bertambah.
Media Israel, Walla pada hari Selasa (22/10/2024) melaporkan jumlah tentara yang tak ingin melanjutkan tugas di Gaza bertambah menjadi 15 orang.
Sebelumnya, terdapat sekitar 138 tentara Israel yang menandatangani surat pernyataan yang menyatakan penolakan mereka untuk bertugas tanpa kemajuan dalam kesepakatan penyanderaan di Jalur Gaza yang terkepung.
Dari 15 tentara ini, dua di antaranya adalah tentara wanita.
Beberapa penanda tangan menyatakan bahwa tanda tangan mereka melambangkan akhir dari tugas mereka saat ini.
Surat pernyataan tersebut ditujukan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Keamanan Yoav Gallant, Kepala Staf Herzi Halevi, dan anggota pemerintah tersebut.
Dalam surat pernyataan tersebut, 130 tentara ini menuliskan bahwa mereka mendapat tekanan untuk beperang di Gaza dan ini menyebabkan tidak mengembalikan para sandera.
"Kami, para prajurit cadangan dan prajurit aktif, perwira, dan prajurit, dengan ini menyatakan bahwa kami tidak dapat melanjutkan seperti ini. Perang di Gaza menjatuhkan hukuman mati kepada saudara-saudari kami, para sandera," bunyi surat tersebut, dikutip dari Al Mayadeen.
Mereka menegaskan bahwa selama ini telah berdedikasi penuh untuk berperang di Gaza.
“Kami, yang mengabdi dan telah mengabdi dengan penuh dedikasi, mempertaruhkan nyawa kami, dengan ini menyatakan bahwa jika pemerintah tidak segera mengubah arah dan berupaya untuk mendorong kesepakatan untuk membawa pulang para sandera, kami tidak akan dapat mengabdi lagi," tegas mereka.
Meski tidak menyebutkan tanggalnya, para tentara ini memperingatkan bahwa masa akhir tugas mereka semakin dekat.
Baca juga: Israel Skors 130 Tentara Cadangan yang Tuntut Kesepakatan dengan Hamas untuk Bebaskan Tawanan
"Bagi sebagian dari kami, garis merah telah dilewati; bagi yang lain, garis merah itu semakin dekat: harinya sudah dekat ketika, dengan hati yang hancur, kami akan berhenti bertugas. Kami menyerukan kepada pemerintah: tandatangani sekarang juga kesepakatan untuk menyelamatkan nyawa para sandera," terangnya.
Salah satu penandatangan yang merupakan perwira wanita bepangkat letnan mengaku kecewa dan kehilangan kepercayaan dengan pemerintahan Netanyahu.
"Pemikiran bahwa, sebagai seorang komandan, pemerintah tidak melakukan segala hal untuk membawa mereka kembali menimbulkan keraguan. Saya merasakan krisis dalam hubungan saya dengan negara dan tentara," tambahnya.
Israel Skors Beberapa Tentara Cadangan
Militer Israel telah mulai menangguhkan para prajurit cadangan yang mengancam akan mengakhiri tugas mereka kecuali kesepakatan pertukaran tawanan-tahanan yang akan mengambil kembali tawanan yang ditawan di Jalur Gaza tercapai.
Menurut surat kabar Haaretz, penangguhan prajurit-prajurit ini, termasuk lima prajurit yang saat ini bertugas di pasukan cadangan, dimulai dalam beberapa hari terakhir melalui panggilan telepon.
Di antara para prajurit cadangan tersebut, ada satu orang yang saat ini ditempatkan di Jalur Gaza.
Prajurit lainnya mengirimkan informasi kepada temannya jika komandannya menanyai tentang hal itu.
Namun ia menyangkal telah menandatanganinya.
Keputusan ini dilakukan oleh militer Israel setelah para tentara cadangan ini menandatangani surat pernyataan yang menyatakan penolakan mereka untuk bertugas tanpa kemajuan dalam kesepakatan penyanderaan di Jalur Gaza yang terkepung.
Sebagai informasi, sejak serangan 7 Oktober 2023, sebanyak 250 sandera berada di Gaza.
Beberapa dari mereka ada yang telah meninggal.
Sebagian ada yang terbunuh akibat serangan israel.
Saat ini, tawanan yang tersisa di Gaza sebanyak 101 orang.
AS, Qatar dan Mesir berusaha untuk melakukan upaya mediasi antara Israel dan Hamas.
Namun upaya tersebut berulang kali gagal.
Hamas ingin menukar tawanan dengan tahanan Palestina dan gencatan senjata di Gaza.
Akan tetapi Netanyahu selalu membuat kesepakatan itu mustahil dicapai.
Netanyahu memberikan persyaratan baru, seperti kontrol militer atas Koridor Philadelphia , sebidang tanah antara Gaza dan Mesir.
Banyak yang berpendapat tuntutan Netanyahu ini hanya memprioritaskan kepentingan pribadinya daripada keselamatan dan pembebasan para sandera.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel