TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian mengatakan Republik Islam tak menginginkan perang dengan Israel.
Meski enggan berperang dengan Israel, Pezeshkian menegaskan bahwa tak akan tinggal diam bila Iran diusik.
Terlebih bila itu menyangkut hak-hak rakyatnya dan akan memberikan tanggapan terhadap agresi Israel terbaru terhadap Iran.
Berbicara pada sidang kabinet, Minggu (27/10/2024), Pezeshkian mengatakan bahwa Iran dan rakyatnya telah menunjukkan selama 45 tahun terakhir tidak akan mundur melawan agresor mana pun.
"Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami akan membela negara kami dan hak-hak rakyat kami."
"Kami akan memberikan tanggapan yang proporsional terhadap agresi oleh rezim Zionis," kata Pezeshkian, dikutip dari IRNA.
Pezeshkian juga menyinggung tewasnya empat anggota angkatan bersenjata Iran yang gugur saat mempertahankan wilayah udara negara itu dari agresi Israel.
Ia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mereka dan seluruh angkatan bersenjata Iran.
Lebih lanjut, Pezeshkian berbicara tentang kejahatan yang terus dilakukan oleh rezim Israel terhadap rakyat Gaza dan Lebanon.
Ia mengatakan, semua orang di seluruh dunia menyaksikan bahwa para pendukung rezim, yang paling utama adalah AS, mengaku membela kebebasan dan hak asasi manusia, tetapi tetap bungkam atas pembunuhan puluhan ribu wanita dan anak-anak.
Presiden Iran memperingatkan bahwa ketegangan akan meningkat jika rezim Zionis melanjutkan agresi dan kejahatannya.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melandai, Anjlok 5 Persen Pasca Iran Klaim Serangan Israel Seperti Kembang Api
AS, lanjut Pezeshkian, telah memprovokasi rezim tersebut untuk melakukan kejahatan ini.
"Mereka telah berjanji untuk mengakhiri perang sebagai imbalan atas sikap menahan diri Iran, tetapi mereka mengingkari janji mereka," ujar Pezeshkian.
IRGC Bersumpah akan Membalas
Komandan tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Hossein Salami bersumpah akan membalas serangan Iran pada Sabtu (26/10/2024) lalu.
Salami memperingatkan Israel bahwa mereka akan menghadapi "konsekuensi pahit" setelah serangannya terhadap lokasi militer Iran.
Israel, kata Salami, telah "gagal mencapai tujuannya yang tidak menyenangkan" dengan serangan udaranya pada hari Sabtu.
Dikutip dari Al Arabiya, Salami juga menyebut serangan itu sebagai tanda "salah perhitungan dan ketidakberdayaan".
Ia memperingatkan bahwa "konsekuensi pahitnya tidak akan terbayangkan" bagi Israel saat memerangi militan yang berpihak pada Teheran di Gaza dan Lebanon.
Baca juga: Iran Tak Gentar Hadapi Agresi Israel, Pezeshkian: Kami Siap Bela Hak dan Keamanan Negara
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengklaim bahwa Iran telah diberitahu oleh "berbagai pihak" sebelum serangan Israel.
Araghchi mengindikasikan bahwa beberapa jam sebelum serangan Israel, pesan-pesan dipertukarkan dengan pihak-pihak yang dirahasiakan, yang mendorong tindakan-tindakan yang tidak disebutkan oleh Teheran.
Dalam suratnya kepada Dewan Keamanan PBB, Araghchi mengecam tindakan Israel sebagai "ancaman serius bagi perdamaian internasional" dan menyerukan sidang darurat.
Ia menegaskan bahwa Iran berhak atas "tanggapan yang sah dan sah" menurut hukum internasional dan Piagam PBB.
(Tribunnews.com/Whiesa)