Namun dalam jajak pendapat ABC atau Ipsos yang dirilis akhir pekan kemarin menunjukan bahwa Harris unggul empat poin atas Trump, dengan perolehan 51 persen untuk Harris sementara Trump hanya meraih point 47 persen.
Jajak pendapat lain dari CBS/YouGov, yang juga dirilis hari Minggu, menunjukkan Harris unggul 5 persen sedangkan Trump hanya mengantongi 49 persen suara.
Baca juga: Pilpres AS: Bagaimana Pandangan Kamala Harris dan Donald Trump soal Isu Palestina, Israel, dan Iran?
Sementara Al-Jazeera melaporkan hasil survei Pilpres AS yang dirilis oleh Emerson College Polling. pada Sabtu (26/10/2024), menunjukan bahwa Harris dan Trump imbang dengan masing-masing suara 49 persen.
"Semua orang tampaknya khawatir dengan tingginya ketidakpastian mengenai siapa yang akan menjadi presiden berikutnya, dan kebijakan apa yang akan diambil di bawah presiden baru," kata Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda.
Pilpres AS Picu Ketidakpastian Pasar Global
Terpisah, pertarungan ketat antara Kamala Harris dan Donald Trump dalam pemilihan Presiden (Pilpres) AS berpotensi memicu risiko-risiko yang membahayakan keuangan global jangka pendek.
Hal ini diungkap oleh Dana Moneter Internasional (IMF), dalam laporan Global Financial Stability Report yang dirilis awal pekan kemarin.
IMF mengatakan kebijakan baru yang akan diterapkan Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump bisa memicu ketegangan geopolitik.
“Persaingan sengit antara Kamala Harris dan Donald Trump menimbulkan ketidakpastian mendalam yang sejauh ini belum tercermin di pasar keuangan,” kata Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF, Tobias Adrian, dikutip dari Bloomberg.
"Ketegangan ini membuat kami khawatir, karena menimbulkan potensi penyesuaian kembali kondisi-kondisi keuangan yang tajam," tambah Adrian.
Baca juga: Harga Bitcoin Terbang 67.303 Dolar, Terkerek Kemenangan Donald Trump di Jajak Pendapat Pilpres AS
Kebijakan yang dimaksudkan yakni berupa kebijakan tarif dan industri, serta potensi pembalasan tarif. Selama kampanye Trump dari kandidat partai Republik telah mengancam akan menerapkan tarif baru untuk impor dari China.
Sementara Kamala Haris kandidat Presiden dari partai Demokrat aktif menggembar gemborkan pemotongan pajak secara besar-besaran bagi sebagian masyarakat Amerika Serikat (AS).
Meski masih tahap rencana, namun kebijakan Trump dan Harris kemungkinan memicu perang dagang yang berdampak bagi perekonomian pasar global.