TRIBUNNEWS.COM - Sumber dari badan pertahanan sipil Gaza mengungkapkan kepada AFP, sebuah drone kecil Israel menembaki dinding klinik Sheikh Radwan dengan dua rudal, Sabtu (2/11/2024).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, empat anak termasuk di antara enam korban luka akibat serangan yang menyasar pusat vaksinasi polio di Gaza utara tersebut.
Tahap ketiga kampanye vaksinasi polio dimulai Minggu (3/11/2024) di sebagian wilayah utara Jalur Gaza.
Kampanye ini sempat ditunda dari 23 Oktober 2024 karena kurangnya akses dan jeda kemanusiaan yang menyeluruh, pengeboman hebat, dan perintah evakuasi massal.
"Pusat kesehatan tersebut berlokasi di area di mana telah disepakati dilakukannya jeda kemanusiaan agar program vaksinasi dapat dilanjutkan," papar Sekretaris Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros menambahkan, serangan ini bisa berdampak pada orang tua anak-anak yang memerlukan dosis kedua vaksin Polio.
"Kami mendapatkan laporan yang sangat mengkhawatirkan bahwa pusat perawatan kesehatan primer Sheikh Radwan di Gaza utara diserang hari ini, saat para orang tua membawa anak-anak mereka untuk mendapatkan vaksinasi polio yang menyelamatkan nyawa di area yang telah disepakati untuk jeda kemanusiaan," ungkap Tedros.
"Enam orang, termasuk empat anak-anak, terluka," tambahnya.
Ia tidak menyebutkan pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Di satu sisi, Israel membantah klaim dari sumber di Gaza yang menyatakan bahwa salah satu dronenya menembakkan rudal ke pusat vaksinasi tersebut.
Baca juga: Sempat Tertunda, Kampanye Vaksinasi Polio Akan Dilanjutkan di Gaza Utara
Pernyataan militer Israel menyebutkan: "IDF (pasukan pertahanan Israel) menyadari klaim terkait cedera warga sipil Palestina di pusat vaksinasi Sheikh Radwan di Gaza utara."
"Bertentangan dengan klaim tersebut, peninjauan awal menetapkan bahwa IDF tidak menyerang di area tersebut pada waktu yang disebutkan," imbuh pernyataan itu.
Reaksi atas Serangan Pusat Vaksinasi
Sejumlah kepala badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan keprihatinan mereka terhadap situasi "apokaliptik" di Gaza utara.
Dikatakan, wilayah tersebut telah kehilangan akses dalam mendapatkan bantuan dasar dan perlengkapan penyelamat nyawa.