Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dalam tiga bulan terakhir antara Agustus hingga kini, sedikitnya 40 orang telah ditangkap kepolisian Jepang di Kanto (Tokyo dan sekitarnya) karena melakukan yami baito atau pekerjaan paruh waktu dunia hitam Jepang dengan top pemimpin adalah kalangan yakuza (mafia Jepang).
"Terakhir kemarin seorang pelaku ditahan karena juga melakukan yami baito dalam kasus perampokan dan fatal yang terjadi di Distrik Nerima Tokyo, tersangka Kazuya Toishi (28), yang diyakini bertugas menyiapkan alat kejahatan, ditangkap kemarin (4/11/2024)," ungkap sumber Tribunnews.com dari kepolisian Tokyo Selasa (5/11/2024).
Menurut Tatsuyuki Narumi, mantan kepala Divisi Investigasi Kepolisian Prefektur Kanagawa, organisasi anti-sosial (Yakuza) umumnya berada di puncak kelompok yami baito tersebut.
"Merekalah sebagai dalang. Lalu di bawahnya adalah "petugas pengarah". kemudian "Perekrut" di bawah nya lagi sebagai mediator yang menghubungkan peran instruksi dan peran eksekutif.
Kelompok eksekutif membawahi orang paling bawah yang nantinya akan dibuang atau dikorbankan," tambahnya.
Namun, telah terungkap bahwa tersangka Yuya Nagura (31), "perekrut" sendiri, membuat pernyataan bahwa dia "melamar pekerjaan paruh waktu gelap lewat medsos yang dialikan ke aplikasi yami baito dan mulailah bekerja.
Baca juga: Diskusi Film di Tokyo, Nia Dinata Berbicara Tentang Sensor di Indonesia
Tersangka "Perekrut" Nagura (31) yang melakukan di Saitama, Kota Tokorozawa, terjadi bulan lalu mengakuinya, "Saya melakukannya karena dalam masalah uang, hutang banyak ke pihak lain."
Sedangkan tersangka Yuta Kaneko (28), yang ditangkap pada tanggal 3 November lalu di kota Shikaido Chiba menyatakan, "Saya berhutang dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari."
Pelaku yami baito bukan hanya lelaku tetapi ada pula wanita. Seorang "eksekutor" yang terakhir ditangkap, seorang wanita dengan "peran tertentu" ditangkap pada tanggal 2 November dalam kasus perampokan dan pembunuhan di Kota Yokohama. Tersangka Miho Kimoto (30). Tersangka Kimoto diyakini sebagai "kolektor" yang mengumpulkan uang tunai yang dicuri oleh "eksekutor".
Para pelaku yami baito biasanya mendapat upah 100.000 yen.
Misalnya mengumpulkan uang hasil penipuan agar sang penipu bisa lolos karena barang bukti uang dipegang orang lain seperti yang dilakukan Kaneko.
Pelaku awalnya ditawari kerja memindahkan barang saja. Namun perintah berubah untuk mengumpulkan uang penipuan.
Tahu kejahatan tersebut berat, Kaneko tidak berani lapor ke polisi, antara lain karena keluarganya akan diancam kalau melaporkan ke polisi.
Para pelaku yami baito khususnya bagian atas umumnya memiliki data pelaku lengkap termasuk keluarga si pelaku, lokasi tempat tinggal dan sebagainya, sehingga pelaku yami baito selalu mendapat ancaman, kalau tidak melakukan maka keluarganya akan "dikerjai."
Kejahatan pelaku yami baito di Jepang kini sudah meliputi sampai pelajar sekolah menengah pertama (SMP) juga ada pula yang tertangkap baru-baru ini melakukan pekerjaan yami baito.
Sementara itu bagi para pengusaha UKM Handicraft Indonesia dan pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dan Handicraft dengan mengirimkan email ke: tkyjepang@gmail.com Subject: WAG Pecinta Jepang/Handicraft. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.