News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres Amerika Serikat

Elon Musk Disebut Perkeruh Suasana Pilpres AS, Sebar Berita Hoaks dan Menyesatkan di Platform X

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Miliarder kondang asal AS Elon Musk kembali menjadi sorotan publik, setelah dituding membagikan klaim-klaim palsu atau hoaks dan menyesatkan terkait pemilu Amerika di media sosial X (sebelumnya Twitter).

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON –  Miliarder kondang asal AS Elon Musk kembali menjadi sorotan publik, setelah dituding membagikan klaim-klaim palsu atau hoaks dan menyesatkan terkait pemilu Amerika di media sosial X (sebelumnya Twitter).

Tudingan itu diungkap langsung oleh kelompok non-profit Center for Countering Digital Hate (CCDH) , dalam laporannya mereka menuding Elon Musk dengan sengaja menggunakan platform media sosial miliknya yakni X untuk menyebarkan informasi palsu.

Hal tersebut diperkuat dengan laporan terbaru dari CCDH yang menyebut Musk menyebarkan informasi salah, menyesatkan tentang pemilu AS yang telah ditonton sebanyak 1,2 miliar kali antara Januari dan Juli 2024 di platform media sosial X 

Penyebaran berita palsu ini dilakukan Musk negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran penting dalam pemilu presiden AS yang kemungkinan akan menentukan hasil pemilihan presiden.

Baca juga: Pilpres AS, Sejumlah Lokasi Diteror Ancaman Bom, Pemungutan Suara Sempat Ditangguhkan

"Sejak Elon Musk mengambil alih X, platform ini telah berubah menjadi neraka kebencian dan disinformasi - yang sebagian besar berasal dari Mr. Musk sendiri,” kata Imran Ahmed, Kepala Pusat Penanggulangan Kebencian Digital (CCDH), melansir dari DW.

Di antara unggahan Musk yang digambarkan dalam laporan tersebut sebagai palsu atau widget adalah unggahan video buatan kecerdasan buatan (AI), yang memanipulasi suara Wakil Presiden Kamala Harris untuk menyebut dirinya sebagai "perekrutan keberagaman utama".

Adapun video tersebut diunggah Musk sebagai sebuah sindiran yang dianggap merendahkan inisiatif diversity, equity, and inclusion (DEI) di tempat kerja.

Tak hanya itu, unggahan misinformasi lainnya yang turut diciutkan Elon Musk yakni mengenai pemilu di Pennsylvania, salah satu negara bagian kunci dalam pemilu AS.  

Imbas cuitan tersebut beberapa pengguna X menyalahartikan proses administratif terkait formulir pendaftaran pemilih yang tidak lengkap, menyebarkannya seolah-olah sebagai bukti kecurangan pemilu.

“Kami tahu bahwa para pejabat pemilu di Pennsylvania menjalankan aturan dengan ketat. Hanya pemilih yang memenuhi syarat yang diperbolehkan memberikan suara,” jelas Philip Hensley-Robin, direktur eksekutif Common Cause Pennsylvania, sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan pemerintahan yang bertanggung jawab dan hak memilih.

Tudiangan senada juga turut dilontarkan Kathleen Carley, profesor ilmu komputer dari Carnegie Mellon University yang ahli di bidang disinformasi, ia menyebut pengaruh besar Musk dengan hampir 203 juta pengikutnya mendorong network effects yang memungkinkan konten di X meluas ke platform media sosial lain seperti Reddit dan Telegram.

Musk Mati-Matian Dukung Donald Trump

Elon Musk, orang terkaya di dunia sekaligus pemilik X dan CEO SpaceX dan Tesla, mati-matian menjadi pendukung terbesar calon presiden AS Donald Trump dalam bursa Pilpres AS. 

Elon Musk bahkan mengklaim bersedia mempertaruhkan nyawanya agar Donald Trump bisa kembali ke Gedung Putih. 

Sebagai pendukung Donald Trump, Elon Musk bahkan rela mengucurkan dana raksasa. Dalam kampanye Donald Trump, Elon Musk diketahui menghabiskan hampir 120 juta dolar AS atau setara Rp 1,8 triliun untuk mendanai para pendukung Trump.

Dukungan yang diberikan Musk pada Trump bukan tanpa alasan, para analis menilai apabila Donald Trump menang dalam Pilpres AS kali ini maka hal tersebut akan menghasilkan banyak keuntungan bagi Elon Musk.

Diantaranya lebih banyak kontrak NASA untuk SpaceX, kemudian lebih banyak kontrak federal untuk Starlink, suntikan insentif untuk Tesla, serta perlindungan Pasal 230 untuk Twitter.

Tak hanya memberikan keuntungan material, kemenangan Donald Trump juga kemungkinkan Elon musk maju di kursi pemerintahan, mengingat pada Agustus lalu, Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya akan menunjuk Elon Musk sebagai menteri atau penasihatnya jika terpilih.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini