TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, dipastikan tidak menghubungi ataupun memberikan ucapan selamat kepada Presiden Terpilih Amerika Serikat di Pemilu 2024, Donald Trump.
Dikutip dari Politico, kebijakan tersebut disampaikan secara resmi oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Rabu (6/11/2024).
"Saya juga tidak tahu kalau presiden (Putin) punya rencana untuk mengucapkan selamat kepada Trump atas pemilihan tersebut," kata Peskov dalam jumpa pers di Moskow.
Kabar ini dinilai banyak pihak cukup mengejutkan mengingat hubungan Putin dan Trump di masa lalu bisa dibilang cukup dekat.
Bahkan saat Trump memenangkan pemilu presiden AS pada 2016, Putin adalah salah satu pemimpin dunia yang pertama kali mengirimkan pesan ucapan selamat kepadanya.
Saat ditanyai alasan lebih lanjut terkait kebijakan ini, Peskov menilai ucapan selamat adalah hal yang tidak etis bila dilakukan saat hubungan antara kedua negara berada di titik terendahnya.
"Jangan lupa bahwa kita berbicara tentang negara yang tidak bersahabat yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam perang melawan negara kami," tambah Peskov merujuk pada bantuan AS terhadap Ukraina.
Saat ditanyai oleh wartawan terkait apa yang harus dilakukan kedua belah pihak untuk memperbaiki hubungan tersebut, Peskov menilai kemungkinan damai tersebut ada di tangan Amerika Serikat sendiri.
"Kami akan menarik kesimpulan berdasarkan langkah-langkah konkret dan kata-kata konkret dari Amerika," kata Peskov kepada wartawan.
Peskov mengaku Rusia siap membangun kembali hubungan dengan AS asalkan pemerintahan baru di bawah Trump juga berkomitmen untuk melakukannya.
"Yang terjadi selanjutnya tergantung pada kepemimpinan Amerika. Presiden Putin telah mengatakan lebih dari sekali bahwa ia terbuka untuk dialog konstruktif, berdasarkan keadilan, kesetaraan, dan kesiapan untuk mempertimbangkan kepentingan bersama," kata Peskov.
Baca juga: Rusia Bantah Ikut Campur dalam Pilpres AS 2024, Moskow: FBI Memfitnah Kami
Rusia Masih Monitor Janji Kampanye Trump
Keengganan Vladimir Putin untuk memberikan ucapan selamat kepada Donald Trump juga didasari oleh beberapa janji kampanye calon presiden asal Partai Republik tersebut.
Satu di antara janji Trump yang membekas di benak Rusia adalah keinginannya untuk segera mengakhiri perang di Ukraina.
Bahkan Trump mengklaim dirinya akan mengakhiri pertempuran di Ukraina dalam waktu 24 jam setelah ia resmi menjadi Presiden AS kembali.
Menanggapi hal tersebut, Peskov mengatakan Rusia akan terus memantau kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan Trump setelah menjabat sebagai Presiden AS sebelum memulai negosiasi dengan Ukraina
Peskov menilai Trump telah membuat beberapa pernyataan yang cukup keras kepada Rusia selama kampanyenya.
Namun demikian, Peskov juga mencatatkan Trump beberapa kali menyampaikan aspirasinya untuk perdamaian di kancah internasional yang juga diapresiasi Rusia.
"Begitu dia (Trump) masuk ke Kantor Oval, terkadang pernyataannya bisa memiliki nada yang berbeda. Itulah alasan mengapa kami menganalisis semuanya dengan hati-hati, dan terus memantau semuanya" kata Peskov.
"Kami menilai AS mampu membantu kami untuk segera mengakhiri konflik ini di Ukraina, tetapi ia bisa juga memperburuk konflik ini," sambungnya.
"Saat ini, administrasi AS memiliki posisi yang sangat berlawanan. Kita akan lihat apa yang terjadi pada Januari." pungkas Peskov.
(Tribunnews.com/Bobby)