News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Naim Qassem: Hizbullah Ogah Mohon ke Israel agar Setop Agresi, Tak Takut Lanjutkan Perang

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil ketua kelompok Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, menyampaikan pidato dalam rapat umum di Beirut pada 13 Oktober 2023.

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Naim Qassem, menegaskan pihaknya tidak akan memohon kepada Israel untuk memulai negosiasi damai.

Menurutnya, itu hanya bisa dilakukan jika Israel menghentikan serangannya di Lebanon terlebih dahulu.

“Kami tidak akan memohon untuk menghentikan agresi dan siap untuk perang lebih lanjut, tidak peduli berapa lama hal itu berlangsung,” kata Naim Qassem pada hari peringatan kesyahidan Sekjen Hizbullah sebelumnya, Hassan Nasrallah, Rabu (6/11/2024).

Dia menyinggung kata-kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tidak menetapkan tanggal berakhirnya perang, namun menetapkan tujuan untuk mengubah wajah Timur Tengah.

“Langkah pertama adalah mengakhiri kehadiran Hizbullah. Langkah kedua adalah menduduki Lebanon, bahkan dari jarak jauh melalui udara dan melalui ancaman, dan menjadikan Lebanon serupa dengan Tepi Barat. Langkah ketiga adalah mengerjakan peta Timur Tengah,” katanya.

"Langkah-langkah ini diinginkan oleh Netanyahu, dan dia memulai perangnya di Lebanon untuk mencapai langkah pertama," lanjutnya.

Menurut Naim Qassem, hanya perkembangan di medan perang, bukan langkah politik, yang akan mengakhiri permusuhan antara Hizbullah Lebanon dan militer Israel.

"Saya akan memberi tahu Anda dengan sangat jelas, keyakinan kami adalah hanya satu hal yang dapat menghentikan perang agresi ini, dan itu adalah medan perang," kata Naim Qassem, dikutip dari NNA Lebanon.

Hizbullah Hanya Mau Negosiasi Lewat Pemerintah Lebanon

Naim Qassem mengatakan ia tidak percaya tindakan politik akan mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari setahun, yang merupakan perluasan dari serangan Israel di Jalur Gaza.

Dalam pidato yang direkam sebelumnya di televisi, Naim Qassem mengatakan akan ada jalan menuju negosiasi tidak langsung melalui negara Lebanon dengan syarat Israel harus menghentikan serangannya di Lebanon.

Baca juga: Drone Hizbullah, Kunci dalam Perang dengan Israel

"Ketika musuh memutuskan untuk menghentikan agresi, ada jalan untuk negosiasi yang telah kami tetapkan dengan jelas - negosiasi tidak langsung melalui negara Lebanon dan Ketua Parlemen Nabih Berri," kata Naim Qassem.

Ia mengatakan pembicaraan tersebut hanya dapat dilanjutkan jika Israel menjamin perlindungan kedaulatan Lebanon secara penuh.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Selain Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah.

Jumlah korban tewas di Lebanon akibat serangan Israel sejak 23 September telah meningkat menjadi lebih dari 3.050 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 43.391 jiwa dan 102.347 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (5/11/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini