TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, rupanya mengucapkan selamat kepada Donald Trump secara diam-diam melalui kenalan-kenalan mereka, dilansir Mirror UK.
Donald Trump berhasil memenangkan pemilihan Presiden AS dengan perolehan suara elektoral sebanyak 295, angka yang bisa bertambah lagi karena Associated Press (AP) belum mengumumkan pemenang untuk negara bagian Nevada dan Arizona.
Menurut outlet independen Rusia, Verstka, yang mengutip sumber-sumber di Moskow, Putin menggunakan jalur belakang untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Trump, dengan harapan posisi Amerika Serikat terhadap perang Rusia-Ukraina akan membaik.
Sebelumnya, juru bicara Putin mengatakan bahwa Putin tidak mengucapkan selamat kepada Donald Trump.
"Saya tidak mengetahui adanya rencana Presiden (Putin) untuk memberi selamat kepada Trump," kata Dmitry Peskov.
"Jangan lupa bahwa kita sedang berbicara tentang negara yang tidak bersahabat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam perang melawan negara kita."
Namun, menurut laporan tersebut, Putin bersama anggota senior rezimnya, termasuk mantan presiden Dmitry Medvedev, menyampaikan ucapan selamat mereka "melalui kenalan" di Kementerian Luar Negeri Rusia.
Media tersebut menyatakan: "Menurut beberapa sumber Verstka, keramahan 'tidak resmi' dari otoritas Rusia dikaitkan dengan harapan bahwa dengan Trump, posisi Rusia dalam perang dengan Ukraina akan membaik."
Salah satu sumber di parlemen Rusia mengatakan:
“Harapan utamaya terkait dengan pengurangan bantuan militer ke Ukraina."
Sumber tersebut menambahkan, "Namun, Trump tentu saja jauh lebih bisa dinegosiasikan dan lebih baik bagi kami dibandingkan Harris."
Baca juga: Donald Trump Menang, Harga Emas Anjlok, Saham, Bitcoin, dan Tesla Elon Musk Melejit
Meskipun demikian, Moskow tidak menganggap serius bualan Trump yang mengaku bisa mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina dalam satu hari, tambah Verstka.
Sementara itu, Medvedev mengatakan bahwa Trump memiliki satu kualitas yang dianggap berguna bagi Rusia.
"Sebagai seorang pengusaha sejati, ia (Trump) sangat enggan menghabiskan uang untuk berbagai antek dan pengikutnya—baik itu sekutu, proyek amal yang buruk, maupun organisasi internasional yang rakus."
Namun, pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana Trump akan dipaksa untuk memberikan dana untuk perang tersebut.
Trump memang keras kepala, tetapi sistem AS mungkin lebih kuat, Medvedev memperingatkan.
Di Kyiv, Zelensky, yang tampaknya lebih senang jika Kamala Harris yang menang, mengatakan:
"Saya menghargai komitmen Presiden Trump terhadap pendekatan 'perdamaian melalui kekuatan' dalam urusan global."
"Prinsip inilah yang benar-benar akan membawa perdamaian yang adil bagi Ukraina."
"Saya berharap kita bisa mewujudkannya bersama-sama."
"Kami menantikan era Amerika Serikat yang kuat di bawah kepemimpinan tegas Presiden Trump."
Zelensky juga memohon dukungan bipartisan yang kuat dan berkelanjutan bagi Ukraina dari Amerika Serikat.
Ia menambahkan, "Kami tertarik untuk mengembangkan kerja sama politik dan ekonomi yang saling menguntungkan, yang akan bermanfaat bagi kedua negara kita."
"Ukraina, sebagai salah satu kekuatan militer terkuat di Eropa, berkomitmen untuk memastikan perdamaian dan keamanan jangka panjang di Eropa dan komunitas Transatlantik dengan dukungan dari sekutu kami."
"Saya berharap dapat mengucapkan selamat secara pribadi kepada Presiden Trump dan membahas cara-cara untuk memperkuat kemitraan strategis antara Ukraina dan Amerika Serikat."
Baca juga: Efek Donald Trump Mulai Terasa di Ukraina, Kiev Diyakini Bakal Tarik Pasukan Dari Kursk
Sementara itu, propagandis terkemuka Putin, Margarita Simonyan—kepala media RT, yang dikenai sanksi oleh AS karena diduga mencampuri pemilu AS—memposting dengan gembira:
"Trump menang. Tidurlah, tim."
Saluran berita utama milik negara, Russia 24, meliput hampir seluruh pemilihan umum AS dari tengah malam hingga pukul 9 pagi waktu Moskow.
Setelah kemenangan Trump, saluran tersebut dengan gembira mengunggah foto Zelensky dengan kalimat:
"Di jejaring sosial X, mereka menemukan seseorang yang jelas-jelas kalah dari hasil pemilihan presiden AS hari ini."
Saluran media Readovka, yang didanai Kremlin, dengan antusias menayangkan video meme Harris yang menangis saat Trump dinyatakan menang.
Saluran perang Telegram, Romanov Light, mengunggah:
"Trump memenangkan pemilihan umum AS, Ukraina kacau."
Namun faktanya, Kremlin sebenarnya tidak memercayai Trump, menurut analisis Mirror UK.
Meski demikian, Kremlin yakin bahwa Trump akan menjadi pilihan yang lebih buruk bagi Ukraina, karena aliran dana dan senjata dari pemerintahan Biden kemungkinan besar akan terhenti.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)