TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat CIA didakwa membocorkan informasi intelijen AS yang sangat rahasia terkait rencana potensial Israel untuk menyerang Iran.
Asif William Rahman, pejabat CIA yang bekerja di luar AS, memegang izin keamanan rahasia tingkat tinggi.
Ia ditangkap oleh FBI di Kamboja pada Selasa (12/11/2024) dan didakwa berdasarkan Undang-Undang Spionase, menurut laporan New York Times.
Bulan lalu, dokumen rahasia tingkat tinggi itu tersebar di media sosial.
Dokumen tersebut merinci rencana Israel untuk menyerang Iran, yang melancarkan serangan balasan terhadap Israel pada 1 Oktober lalu atas kematian para pemimpin Hamas dan Hizbullah.
Dokumen-dokumen yang disusun oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional AS itu sebagian besar berisi citra satelit yang terkait dengan potensi serangan Israel, serta rincian berbagai jenis rudal.
Berkas-berkas tersebut kemudian bocor dan diunggah oleh akun Telegram bernama "Middle East Spectator."
Brigadir Jenderal Angkatan Pertahanan Israel yang telah pensiun, Amir Avivi, memperingatkan bahwa kebocoran ini dapat berdampak pada hubungan Israel-AS, karena Israel sangat bergantung pada Amerika Serikat dalam berbagi rencana strategis.
"Saya pikir sangat penting bagi Israel untuk mengetahui bahwa ketika mereka memberikan informasi, informasi tersebut tidak bocor, dan harus ada kepercayaan yang kuat bahwa intelijen akan diperlakukan dengan benar," kata Avivi kepada The Post.
"Ini adalah peristiwa yang sangat serius."
Berkas rahasia tersebut hanya boleh diakses oleh mereka yang memiliki izin resmi di AS dan anggota aliansi intelijen "Five Eyes," yaitu Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris Raya.
Baca juga: Joe Biden Khawatir Kebocoran Dokumen Rahasia AS Terkait Rencana Israel Serang Iran
Jenderal pensiunan Jack Keane, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat AS dan Ketua Institut Studi Perang, mengatakan bahwa sangat keterlaluan jika seorang pegawai pemerintah dengan izin tinggi adalah dalang kebocoran tersebut.
"Setelah mereka menangkap orang ini, kebocoran tersebut seharusnya menjadi pencegah bagi kebocoran pemerintah di masa mendatang," kata Keane kepada The Post.
Middle East Spectator mengklaim menerima dokumen tersebut dari sumber anonim.